Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Pernyataan Mensos Risma yang Tidak Setuju Konsep Panti Jompo Dikritik

Menurut Risma, panti jompo tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Khawatir jompo jadi alasan bagi anak untuk menolak merawat lansia di keluarganya.

1 Juni 2024 | 11.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Sosial Tri Rismaharini (dua kiri) berbincang dengan warga saat mengunjungi Rumah Sejahtera Terpadu ( RST) warga lansia di Aceh Utara, Aceh, Rabu, 29 Mei 2024. Kunjungan kerja tersebut untuk meninjau secara langsung fasilitas sentra layanan sosial pada Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2024 dan HUT Tagana ke-20 yang di pusatkan di Kabupaten Aceh Utara. ANTARA/Rahmad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari The Prakarsa, Herni Ramdlaningrum, mengkritik pernyataan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini atau Risma soal konsep panti jompo. Risma sebelumnya menyatakan ketidaksetujuannya terhadap konsep panti untuk orang lanjut usia atau lansia ketika menghadiri Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional 2024 di Aceh Utara akhir Mei lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Risma, panti jompo tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Karena itu, ia khawatir adanya panti jompo justru menjadi alasan pembenaran bagi para anak untuk menolak merawat lansia di keluarganya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

The Prakarsa menilai, pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Mensos Risma kurang memahami dinamika perubahan demografi serta struktur sosial ekonomi masyarakat Indonesia sekarang ini. Herni mengatakan, bahwa kehadiran panti jompo atau panti lansia justru penting di tengah fenomena meningkatnya populasi lansia dan generasi sandwich.

Herni mengungkapkan, pernyataan soal konsep panti jompo itu sebagai pandangan yang sempit dan bertentangan. Padahal, ucapnya, pemerintah telah mengatur ihwal panti lansia dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia.

"Pernyataan Mensos adalah bentuk ketidakpahaman pemerintah mengenai tantangan yang dihadapi sandwich generation, di mana anak menanggung dan merawat dua generasi" katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu, 1 Juni 2024.

Fenomena sandwich generation ini didukung dengan hasil penelitian The Prakarsa pada 2021, yang menunjukkan 66,3 persen kelompok usia produktif tinggal di rumah tangga tiga generasi. Herni mengatakan, bahwa ketiadaan panti jompo juga berpotensi menciptakan kesenjangan pada tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan.

Sebab, menurut dia, umumnya peran merawat orang tua lansia dilakukan oleh anak perempuan. Hal itu menyebabkan partisipasi perempuan cukup rendah di pasar kerja. Data Badan Pusat Statistik 2023 menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan hanya 60,18 persen, sementara laki-laki mencapai 86,97 persen.

Ia mengungkapkan, bahwa pernyataan Risma yang secara tidak langsung menyalahkan kelompok usia produktif bekerja dan mencap generasi itu tidak memiliki waktu untuk merawat orang tuanya adalah keliru. "Apalagi perempuan yang akhirnya selalu bertanggungjawab pada peran perawatan dalam rumah tangga," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus