Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Pengamat Sebut Elektabilitas Khofifah-Emil Sulit Dikejar Dua Paslon Lain, Ini Alasannya

Pengamat menilai Khofifah-Emil telah mencapai batas ambang psikologis elektoral bagi paslon petahana.

30 September 2024 | 18.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Fahrul Muzaqqi menilai, secara teori, elektabilitas calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak atau Khofifah-Emil sangat berat untuk dikejar dua pasangan calon (paslon) lain di Pilgub Jatim 2024.

“Secara teori, sangat-sangat berat mengejar elektabilitas Khofifah-Emil. Tetapi tetap saja, di dalam politik segala sesuatu masih bisa terjadi,” kata Fahrul di Surabaya pada Senin, 30 September 2024 seperti dikutip dari Antara.

Khofifah-Emil unggul di sejumlah lembaga survei yang merilis hasil terbaru elektoral tiga paslon di Pilgub Jatim 2024. Terbaru, dalam survei Indikator Politik Indonesia, simulasi tiga paslon, elektabilitas Khofifah-Emil berada di angka 61,2 persen, disusul Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta 26 persen, dan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim 2,2 persen. Sementara ada 0,5 persen responden memilih golput, dan 10,2 persen responden tidak menjawab.

Fahrul mengatakan Khofifah-Emil telah mencapai batas ambang psikologis elektoral bagi pasangan calon petahana, yakni di angka 60 persen.

“Angka itu cukup nyaman bagi pasangan calon petahana. Rasanya, dengan waktu yang tidak sampai dua bulan, berat sekali mengejar elektoral Khofifah-Emil,” ujar Fahrul.

“Kita tahu yang belum menentukan saja hanya di bawah 15 persen. Andaikata angka yang belum menentukan itu diambil semua oleh pasangan calon terdekat dalam hal ini nomor urut 3, maka hasilnya juga masih belum sampai mengejar, hanya mengikis selisih angka. Dan undecided voters biasanya juga tersebar ke semua pasangan calon, tidak merujuk ke satu pasangan calon saja,” tuturnya.

Dia menuturkan, meski Khofifah-Emil sudah unggul, dalam politik harus waspada dalam semua hal. Apalagi, waktu dua bulan juga bukan waktu yang cepat.

“Saya rasa ini angka aman, namun tetap harus diwaspadai menjelang Pilkada Jatim nggak sampai dua bulan. Ini penting masing-masing kandidat, khususnya Khofifah-Emil, tetap waspada dari pergerakan dua pasangan calon lain. Karena sisa waktu ini akan dimaksimalkan dengan menggenjot kampanye,” katanya.

Fahrul mengingatkan agar jangan sampai mengabaikan kantong-kantong suara yang belum kuat, yang masih banyak pemilih mengambangnya.

“Itu PR utama Khofifah-Emil untuk mempertahankan tingkat elektabilitasnya. Kantong-kantong yang perlu diperkuat itu para pemilih pemula, milenial dan gen Z, ini perlu ditekankan karena ceruk suara ini besar. Pasangan calon harus bisa merawat segmen suara ini,” ucapnya.

Selanjutnya, survei menunjukkan Khofifah unggul dalam popularitas…

Khofifah menduduki peringkat teratas survei elektabilitas dalam kategori calon individu di Pilgub Jatim. Berdasarkan rilis survei Indikator, sebanyak 92,7 persen masyarakat Jatim mengetahui dan menyukai sosok Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 itu.

“Bukan hanya modal kuantitas popularitas, tapi kualitas popularitasnya juga positif ya,” kata peneliti utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, melalui siaran di YouTube Indikator Politik Indonesia pada Ahad, 29 September 2024.

Risma menyusul di posisi kedua dengan perolehan popularitas 62,8. Baik Khofifah maupun Risma, keduanya memiliki keseimbangan antara popularitas dan disukai oleh publik.

Dalam rilis yang sama, Indikator menyebut popularitas merupakan hal mendasar dalam politik elektoral. Namun popularitas tidak menjadi jaminan seorang calon pemimpin akan dipilih ketika sang pemilih menyukai calon lain.

“Oleh karena itu, populer saja tidak cukup, citra personal calon juga harus positif,” kata Burhanuddin.

Survei Indikator juga mengungkap kecenderungan masyarakat Jatim dalam memilih calon gubernur. Khofifah kembali menjadi pemenang dalam kategori jika pemilihan diadakan ketika survei dilakukan secara spontan dengan perolehan suara 39,3 persen, melawan angka orang yang menentukan pilihan sebesar 40,3 persen dan sisanya adalah nama calon lain yang persentasenya lebih rendah.

Dari 1.000 sampel yang digunakan oleh Indikator, seperlima memilih calon pemimpin ditinjau dari hasil nyata kerjanya. Hal ini juga menjadi pertimbangan utama bagi para calon pemilih memberikan suaranya kepada Khofifah, yakni karena dinilai sudah ada bukti nyata atas kepemimpinannya. 

“Kalau memilih berdasarkan alasan ini itu cenderung lari ke dua nama. Yang pertama adalah Khofifah, yang kedua adalah Tri Rismaharini,” tutur Burhanuddin.

Survei Indikator dilakukan pada 9-14 September. Populasi yang digunakan dalam survei ini adalah WNI di Jatim yang memiliki hak pilih dengan mengambil 1.000 sampel menggunakan metode multistage random sampling yang memiliki toleransi kesalahan atau margin kesalahan kurang lebih 3,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Berdasarkan hasil survei saat ini, tingkat popularitas individu calon gubernur dikuasai oleh Khofifah Indar Parawansa dengan 92,7 persen diikuti Risma dengan 62,8 persen dan Luluk dengan 6,6 persen.

ALFITRIA NEFI P | ANTARA

Pilihan editor: Alasan KPU Batasi Dana Kampanye Pilgub Jateng Rp 175 Miliar Setiap Paslon

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus