Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 8 Oktober merupakan kelahiran pahlawan nasional bernama Danudirja Setiabudi. Semasa hidupnya, ia aktif menjadi wartawan Koran Semarang, sempat juga menjadi staf Bataviaasch Nieuwsblad atau Surat Kabar Batavia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari diskerpus.lebakkab.go.id nama Danudirja Setiabudi merupakan nama pemberian Presiden Sukarno untuk dirinya. Nama tersebut ia pakai setelah Indonesia merdeka. Pemberian nama ini dimaksudkan Sukarno sebagai pengganti singkatan nama asli Danudirja yakni Douwes Dekker. Nama Danudirja diharapkan dapat diabadikan dengan inisial tetap DD.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kata Danu dalam nama tersebut bermakna banteng, kata Dirja berarti kuat dan tangguh, serta kata Setiabudi mempunyai makna berbudi setia. Sebenarnya nama asli yang digunakan Setiabudi sedari kecil ialah Ernest Francois Eugene Douwes Dekker.
Ernest merupakan cucu dari Jan Douwes Dekker, ia lahir di Pasuruan, Jawa Timur pada 8 Oktober 1879. Diketahui bahwa Ernest berkerabat dengan pengarang novel satiris tahun 1860 berjudul Max Havelaar yang isinya menceritakan kekejaman Belanda terhadap pribumi. Ialah Eduard Douwes Dekker, pria keturunan Belanda yang memiliki nama samaran Multatuli. Dimana kakek dari Ernest yang tidak lain adalah Jan ternyata bersaudara dengan Eduard.
Anak ketiga dari pasangan Auguste Henri Edouard Douwes Dekker dan Louisa Margaretha Neumann ini memiliki tiga saudara kandung. Pertama, Adeline merupakan saudara perempuan tertuanya yang lahir tahun 1876. Selanjutnya, perempuan bernama Adeline yang merupakan kakak kedua Ernest yang lahir di Surabaya tahun 1876. Lalu yang terakhir yaitu Guido, saudara laki-lakinya yang lahir di Batavia tahun 1883.
Ibu Danudirja adalah anak keturunan Indo dengan latar belakang ayah Jerman dan ibu Jawa. Sedangkan sang ayah merupakan keturunan asli Belanda. Sebab sang ayah yang bekerja sabagai pialang bursa efek dan agen bank, Danudirja beserta keluarganya kerap berpindah tempat tinggal. Pendidikan yang diterimanya menjadi imbas dari hal tersebut.
Saat sekolah dasar, Danudirja pernah mengenyam pendidikan di Europeesche Lagare School (ELS) Batavia. Sekolah ini merupakan sekolah khusus untuk orang Eropa serta keturuan Eropa di Hindia Belanda. Pada masa itulah, ia mulai berkeinginan menjadi penulis di masa mendatang. Karena Danudirja terinspirasi dari sebuah karya berjudul Max Havelaar, disitulah ia mulai mengenai sosok Multatuli.
Pendiri Majalah Tijdschrift surat kabar miliknya, Danudirja Setiabudi wafat di Bandung pada 28 Oktober 1950 dan dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung.
PUSPITA AMANDA SARI