Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Difabel

Sebab Anak Down Syndrome Sebaiknya Masuk Sekolah Inklusif

Belum ada sekolah khusus down syndrome sebagaimana sekolah khusus autisme.

10 April 2019 | 10.00 WIB

Aksi seorang bocah down syndrome memperagakan busana dalam ajang Petite Fashion Week di Madrid, Spanyol, 6 Oktober 2017. Beberapa model di acara tersebut berasal dari Garrigou Foundation, tempat pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus. AFP PHOTO / GABRIEL BOUYS
Perbesar
Aksi seorang bocah down syndrome memperagakan busana dalam ajang Petite Fashion Week di Madrid, Spanyol, 6 Oktober 2017. Beberapa model di acara tersebut berasal dari Garrigou Foundation, tempat pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus. AFP PHOTO / GABRIEL BOUYS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Bantul - Down syndrome adalah kelainan genetik akibat kelebihan kromosom. Mengutip ragam difabel yang tercantum dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, down syndrome masuk kategori difabel intelektual. Kendati memiliki keterbatasan intelektual, Ketua Love Charity Community atau LCC, Lutfi Aji Asmoro, anak dengan down syndrome mempunyai kelebihan, yakni meniru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Anak dengan down syndrome itu peniru hebat. Peniru lingkungannya. Para ahli menyarankan anak down syndrome masuk sekolah inklusif,” kata Lutfi saat ditemui Tempo dalam acara Peringatan Hari Down Syndrome Dunia 21 Maret di Lapangan Sepakbola Potorono, Kabupaten Bantul, Minggu 31 Maret 2019. Banyak anak dengan down syndrome yang mempunyai keahlian di bidang seni, seperti seni musik maupun seni rupa. Persoalannya, beberapa sekolah inklusif tidak menyediakan guru pendamping khusus down syndrome.

Ketika orang tua hendak menyekolahkan anak dengan down syndrome ke sekolah inklusif, Lutfi melanjutkan, sebagian pihak sekolah menyatakan belum menerima karena tak memiliki guru pendamping. "Kecuali kalau orang tuanya membawa guru pendamping sendiri,” kata Lutfi yang juga ayah dari seorang anak dengan down syndrome.

Kurikulum pendidikan anak-anak down syndrome di sekolah inklusif pun disamakan dengan anak-anak non down syndrome. “Padahal untuk anak down syndrome lebih mengutamakan pendidikan untuk bersosialisasi. Bukan akademis,” ucap Lutfi.

Akibatnya, banyak anak dengan down syndrome yang bersekolah di sekolah luar biasa atau SLB. Sejauh ini belum ada sekolah khusus down syndrome sebagaimana sekolah khusus autisme. “Anak down syndrome masih mudah mengakses sekolah inklusif saat usia pra sekolah maupun taman kanak-kanak. Tapi mereka kesulitan ketika mau masuk SD dan SMP,” kata Lutfi.

Kepala Sekolah Yayasan SLB Bakti Kencana, Gondo Prayitno mengatakan penyediaan guru pendamping di sekolah-sekolah inklusif selama ini dibantu pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan. Hanya saja, satu guru pendamping hanya memberikan pendampingan selama satu hari dalam sepekan. “Jadi banyak yang ditanggung orang tua,” kata Gondo.

Gondo semula adalah pegawai pemerintah yang kemudian ditugaskan untuk menjadi guru di SLB Swasta hingga sekarang. Jumlah SLB di wilayah Yogyakarta mencapai 79 sekolah. Namun yang berstatus negeri hanya sembilan sekolah. Satu kabupaten minimal mempunyai satu SLB. “Ke depan perlu rekonstruksi ulang. Jangan semua diserahkan swasta,” kata Gondo.

Di SLB, anak dengan down syndrome dikelompokkan dalam tuna grahita. Bersama dengan difabel lainnya, anak dengan down syndrome juga diarahkan untuk menekuni keterampilan tertentu sejak duduk di SMP, misalnya tata busana, memasak, maupun kriya. Pemilihan keterampilan disesuaikan dengan potensi anak. “Di SLB mengutamakan keahlian, bukan akademis,” kata Gondo. Kemampuan menguasai ketrampilan itu yang kemudian bekal anak dengan down syndrome untuk mandiri.

Pito Agustin Rudiana

Pito Agustin Rudiana

Koresponden Tempo di Yogyakarta

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus