Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Demonstrasi mahasiswa Universitas Bosowa di Jalan Urip Sumohardjo, Kota Makassar diwarnai oleh kericuhan antara demonstran dan polisi. Pengunjuk rasa dari dua sisi, yaitu depan kampus Universitas Bosowa dan belakang kantor BPJS Ketenagakerjaan Makassar, melempat batu ke arah polisi yang berjaga di lapangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unjuk rasa itu masih berlangsung hingga pukul 20.00 WITA. Saat kericuhan terjadi, satu unit mobil angkutan umum dalam provinsi terbakar. Tapi polisi dapat memadamkannya dengan menyemprotkan air menggunakan mobil water canon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sopir angkutan umum itu, Baharuddin, 58 tahun, mengatakan dirinya tidak mengetahui pasti penyebab kebakaran mobilnya tersebut. Saat itu, ia akan mengantar lima penumpang ke arah Jalan Andi Pangeran Pettarani saat bentrokan terjadi di depan kantor BPJS Ketenagakerjaan Makassar. Lalu, "Ada percikan api masuk ke dalam mobil," kata Baharuddin, Senin malam 26 Agustus 2024.
Ia tidak mengetahui sumber percikan api tersebut. Sebab sumber api yang masuk ke mobilnya sempat mengenai kaki salah seorang penumpangnya.
Baharuddin merasakan matanya terasa perih ketika ada percikan api dan saat mobilnya terbakar. "Pokoknya pedis mata pas ada percikan api, langsung penumpang berhambur ke luar," ujar Baharuddin.
Bentrok yang terjadi antar mahasiswa Universitas Bosowa dan polisi saat aksi menolak politik dinasti Presiden Joko Widodo dimulai sejak pukul 18.58 WITA. Demonstran melempar batu ke arah polisi dan juga membunyikan petasan. Sehingga tidak diketahui pasti penyebab utama mobil terbakar.
"Saya tidak tahu pasti percikan api dari mana," ujar Baharuddin.
Kepala Kepolisian Resort Makassar, Komisaris Besar Mokhammad Ngajib, menduga mobil angkutan umum itu dibakar oleh demonstran. Menurut dia, awal mula demonstrasi tolak politik dinasti itu berlangsung damai. Namun, ia menduga ada penyusup yang mencoba memancing terjadinya kerusuhan. "Massa yang bakar mobil;" katanya.
Pilihan Editor: Lawan Pembegal Konstitusi