Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Soal Ijazah dan Skripsi Jokowi, Bagaimana Standar Penggunaan Font di Kampus UGM Dulu?

Mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar, meragukan keaslian ijazah dan skripsi Jokowi.

24 Maret 2025 | 12.12 WIB

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Polemik seputar ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, kembali mencuat setelah mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar, meragukan keaslian ijazah dan skripsi Jokowi. Rismon menilai penggunaan font Times New Roman dalam dokumen tersebut belum ada di era 1980-an hingga 1990-an.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataan tersebut disampaikannya dalam video berjudul “Ijazah Palsu Joko Widodo “Berdasarkan Analisa Jenis Font dan Operating System", yang diunggah di YouTube, Selasa, 11 Maret 2025. Ia berpendapat bahwa ini adalah bukti kuat untuk meragukan keaslian dokumen tersebut. Tudingan ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk UGM dan teman-teman seangkatan Jokowi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menanggapi polemik tersebut, Dekan Fakultas Kehutanan UGM Sigit Sunarta menyesalkan adanya informasi yang menyesatkan yang disampaikan Rismon. Apalagi mantan dosen ini merupakan alumnus dari Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM.

Ia menyatakan bahwa banyak teman seangkatan Jokowi yang bisa membuktikan keaktifan dan kehadiran Jokowi selama kuliah. Sigit juga menekankan bahwa penggunaan font Times New Roman pada sampul skripsi dan ijazah sudah umum di kalangan mahasiswa saat itu.

“Kita sangat menyesalkan informasi menyesatkan yang disampaikan oleh seorang dosen yang seharusnya bisa mencerahkan dan mendidik masyarakat dengan informasi yang bermanfaat,” kata Sigit, Jumat, 21 Maret 2025 yang dikutip dari laman resmi kampus UGM.

Standar Penggunaan Font di UGM

Untuk memahami lebih lanjut tentang penggunaan font di UGM pada 1980-an, penting untuk melihat konteks sejarah dan teknologi yang ada saat itu. Sigit mengatakan, dalam penulisan skripsi, banyak mahasiswa yang menggunakan mesin ketik, termasuk Jokowi. Namun, dalam penulisan sampul pada skripsi dan ijazah seperti yang dituduhkan oleh Rismon, Sigit menegaskan bahwa pada tahun tersebut telah jamak mahasiswa menggunakan font Times New Roman.

Tidak hanya itu, di sekitaran kampus UGM pada masa itu ada percetakan Prima dan Sanur, yang saat ini telah tutup, dan menyediakan jasa cetak sampul skripsi. “Fakta adanya mesin percetakan di sanur dan prima juga seharusnya diketahui yang bersangkutan karena yang bersangkutan juga kuliah di UGM,” tuturnya.

Ketua Senat Fakultas Kehutanan San Afri Awang juga menyatakan pendapat yang serupa. Ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap informasi keliru yang disebarkan oleh oknum dosen tersebut. San Afri mengungkapkan bahwa ia memiliki pengalaman pribadi terkait penggunaan font Times New Roman pada sampul skripsi.

“Saya masih ingat waktu saya buat cover (skripsi), lari ke Prima. Di zaman itu sudah ada tempat cetak sampul yang terkenal, Prima dan Sanur. Soal diketik pakai mesin komputer, jangan heran di sekitar UGM juga sudah ada jasa pengetikan menggunakan komputer IBM PC. Saya sempat pakai buat mengolah data statistik,” ujar San Afri yang dikutip dari ugm.ac.id.

Reaksi Teman Seangkatan Jokowi

Frono Jiwo, salah satu teman seangkatan Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM, juga memberikan klarifikasi mengenai isu ini. Ia menyatakan bahwa tampilan ijazahnya mirip dengan milik Jokowi dan bahwa semua mahasiswa angkatan mereka menggunakan mesin ketik untuk menulis skripsi. Frono mengungkapkannya terhadap penyebaran informasi yang tidak benar mengenai ijazah Jokowi.

“Ijazah saya bisa dibandingkan dengan ijazahnya Pak Jokowi. Semua sama kecuali nomor kelulusan ijazah dari Universitas dan Fakultas,” ujarnya.

Sementara soal skripsi, Frono melanjutkan bahwa seluruh mahasiswa pada masa itu menulis skripsi menggunakan mesin ketik sedangkan sampul, lembar pengesahan, dan penjilidan hampir semuanya dilakukan di percetakan.

“Pembuatan skripsi semua pakai mesin ketik, walaupun sudah ada komputer tapi jarang sekali yang bisa. Kalau sampul, lembar pengesahan, penjilidan skripsi semua di percetakan,” ucapnya.

M. Syaifullah berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus