Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 10 tahun lalu, tepatnya tanggal 7 Desember 2011, terjadi sebuah aksi bakar diri di depan Istana Negara Merdeka Jakarta. Aksi bakar diri tersebut dilakukan oleh seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno (UBK) angkatan 2007 bernama Sondang Hutagalung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah aksi bakar diri tersebut, Sondang dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sondang sempat dirawat selama empat hari dengan luka bakar mencapai 98 persen. Sayang, nyawa Sondang tidak berhasil diselamatkan. Ia meninggal pada Sabtu Sore, 10 Desember 2011 dan dimakamkan di TPU Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur pada keesokan harinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sondang memang sering terlibat dalam berbagai aksi unjuk rasa. Sondang juga aktif di organisasi pergerakan. Chrisbiantoro, staf Divisi KontraS saat itu mengatakan bahwa Sondang saat itu dipercaya sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Marhaenisme untuk Rakyat Indonesia (Hammurabi).
Di mata teman-temannya, Sondang dikenal sebagai sosok aktivis yang sering terlibat dalam berbagai upaya advokasi pelanggaran HAM. Darma Silalahi, teman Sondang di Hammurabi, mengatakan Sondang lebih banyak aktif di organisasi itu ketimbang di kampus. "Kami biasanya diskusi soal isu terkini, utamanya mengenai hak asasi manusia.". Tidak heran, Hammurabi yang dipimpin oleh Sondang juga aktif dalam kegiatan “Sahabat Munir”.
Sampai sekarang, motif bakar diri Sondang masih belum jelas. Asumsi yang paling kuat adalah soal kekecewaannya atas penagakan keadilan di Indonesia yang masih belum jelas. Hal ini dapat dilihat dalam catatan Sondang yang ditulis di buku harian kekasihnya.
"Terkutuklah buat ketidakadilan, terkutuklah buat ketidakpedulian, terkutuklah buat kemiskinan, terkutuklah buat rasa sakit dan sedih, terkutuklah buat para penguasa jahat, terkutuklah buat para penjahat, setelah aku tidak punya rasa lagi," tulis Sondang seperti dikutip Tempo dari laman antaranews.com, Senin, 10 Desember 2012.
Majalah Tempo edisi 19 Desember 2011 menulis bahwa dua bulan sebelum melakukan aksinya, Sondang menghilang. Kepada beberapa teman, ia pamit menyelesaikan skripsi. Tetapi, Rizky Pratama, mantan Ketua Hammurabi sebelum Sondang merasakan kejanggalan karena semenjak itu, Sondang menjadi sulit dihubungi dan hilang kabar.
Kejanggalan ini membuat beberapa pihak menganggap bahwa Sondang diperalat karena sebelumnya tidak ada sesuatu yang aneh pada diri Sondang, baik dimata teman-temannya, atau keluarganya. Kejanggalan ini menguat ketika Sondang menitipkan barang bawaannya ke seorang sahabatnya seperti handphone, dompet, dan seluruh identitasnya. membuat polisi awalnya kesulitan mengungkap identitasnya.
Aksi bakar diri Sondang Hutagalung yang baru pertama kali di Indonesia membuat Universitas Bung Karno memberikan gelar sarjaba kehormatan kepada Sondang. Melansir antaranews.com, Yayasan Bung Karno memberikan gelar tersebut karena Sondang Hutagalung sebagai mahasiswa UBK berprestasi, dianggap berjasa dan sebagai simbol perjuangan untuk menegakkan keadilan di Indonesia, serta mengabadikan namanya untuk salah satu ruang di UBK.
NAUFAL RIDHWAN ALY
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.