Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Nahdlatul Ulama atau NU merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak berdirinya pada tanggal 31 Januari 1926, NU telah menjadi salah satu organisasi masyarakat paling berpengaruh yang berfokus pada isu-isu keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kesuksesan NU tidak hanya bergantung pada pemimpin dan tokoh-tokoh sentralnya, tetapi juga pada struktur organisasi yang kokoh dan terorganisir dengan baik. Struktur organisasi NU memiliki enam tingkatan, baik dari tingkat pusat atau nasional hingga desa. Bahkan sampai ke tingkat kelompok masyarakat, dusun, masjid atau musala.
Dilansir dari pcnucilacap.com, berikut adalah istilah-istilah dalam tingkatan struktur organisasi NU:
- PBNU
Tingkat pertama dalam struktur organisasi NU adalah PBNU, yang merupakan singkatan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. PBNU berkedudukan di Jakarta, tepatnya di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Struktur organisasi PBNU terdiri dari empat bagian utama, yaitu:
- Mustasyar: Merupakan penasihat yang bertugas memberikan nasehat kepada pengurus NU sesuai dengan tingkatannya.
- Syuriyah: Pimpinan tertinggi dalam PBNU, tugasnya adalah membina, mengendalikan, mengawasi, serta menentukan kebijakan NU sesuai tingkatannya.
- A’wan Syuriyah: Memiliki peran penting dalam mendukung dan melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Syuriyah.
- Tanfidziyah: Bertanggung jawab atas pelaksanaan program kerja dan memimpin jalannya organisasi, serta menyampaikan laporan secara periodik kepada pengurus Syuriyah.
PBNU merupakan puncak hierarki dalam struktur organisasi massa NU, dan pengurusnya memiliki peran sentral dalam mengarahkan kebijakan dan program kerja NU di tingkat nasional.
- PWNU
Tingkat berikutnya adalah PWNU, yang merupakan singkatan dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama. PWNU adalah struktur organisasi NU di tingkat Provinsi dan berkedudukan di ibu kota masing-masing provinsi. Seperti PBNU, struktur organisasi PWNU juga terdiri dari pengurus Mustasyar, Syuriyah, A’wan Syuriyah, dan Tanfidziyah. PWNU memiliki peran penting dalam mengkoordinasikan aktivitas NU di tingkat provinsi.
- PCNU/PCINU
PCNU (Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama) adalah struktur organisasi NU di tingkat Kabupaten atau Kota, sementara PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) adalah Struktur Organisasi NU Istimewa yang berkedudukan di luar negeri. Meskipun memiliki kedudukan yang berbeda, baik PCNU maupun PCINU memiliki bagan struktur organisasi yang sama, yaitu pengurus Mustasyar, Syuriyah, A’wan Syuriyah, dan Tanfidziyah. Kedua struktur ini berperan dalam mengurus kepentingan NU di tingkat kabupaten atau kota, baik di dalam maupun di luar negeri.
- MWCNU
MWCNU, singkatan dari Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama, merupakan struktur organisasi NU di tingkat Kecamatan. Struktur organisasi MWCNU juga terdiri dari pengurus Mustasyar, Syuriyah, A’wan Syuriyah, dan Tanfidziyah. MWCNU memiliki peran penting dalam mengelola dan memajukan kegiatan NU di tingkat kecamatan.
- PRNU
PRNU, atau Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama, adalah struktur organisasi NU yang ada di tingkat Desa atau Kelurahan. Dalam bagan struktur PRNU, hanya terdapat unsur pengurus Syuriyah dan Tanfidziyah. PRNU bertanggung jawab untuk mengurus dan mengembangkan kegiatan NU di wilayah pedesaan, desa, atau kelurahan.
- PARNU
Terakhir, ada PARNU, singkatan dari Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama. PARNU adalah struktur organisasi NU tingkat bawah yang berada di tingkat kelompok masyarakat, seperti dusun, kelompok masyarakat, masjid, atau musala. Kedudukan PARNU tergantung pada basis yang ada, dan tugasnya adalah mendukung kegiatan NU di tingkat komunitas yang lebih kecil.
Dengan struktur organisasi yang terdiri dari enam tingkatan ini, Nahdlatul Ulama mampu menjalankan berbagai program dan kegiatan yang mencakup spektrum luas, dari tingkat nasional hingga tingkat desa dan kelompok masyarakat.
M RAFI AZHARI | HARIS SETYAWAN
Pilihan Editor: Sejarah Nahdlatul Ulama dalam Konstelasi Politik di Indonesia