Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X (Sultan HB X) membantah kabar perihal kematian 63 pasien Covid-19 di RSUP Sardjito sepanjang Sabtu hingga Ahad, 3-4 Juli karena tidak mendapatkan oksigen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Tidak benar kalau meninggalnya pasien Covid-19 di RSUP Sardjito itu karena tidak mendapat oksigen. Mereka tetap mendapatkan oksigen," kata Sultan di Yogyakarta, Ahad petang, 4 Juli 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sultan tak menampik, kebutuhan oksigen Yogya untuk penanganan Covid-19 saat ini sudah sangat jauh dari yang dikalkulasi awal. "Sebelumnya kebutuhan oksigen hanya 17 ton perhari, kami sudah siapkan lebih 20 ton," kata Sultan.
Namun, ujar Sultan, meski alokasi sudah ditambah menjadi 20 ton yang dialokasikan untuk 27 rumah sakit rujukan Covid-19, ternyata stok yang ada habis lebih cepat. Habisnya stok oksigen di Yogya ini seiring melonjaknya kasus dan pasien yang dirawat semakin banyak.
Krisis oksigen, ujar Sultan, mulai dirasakan rumah sakit sejak Sabtu 3 Juli 2021. Yang salah satunya ditandai dengan cepat menipisnya ketersediaan oksigen di RSUP dr Sardjito.
"Saat itu juga kami berkoordinasi dan langsung meminta dikirim tambahan oksigen untuk pengiriman secepatnya," kata dia.
Permintaan tambahan itu awalnya diajukan Pemprov DIY ke distributor oksigen di Jawa Tengah. Ternyata tak disanggupi karena saat itu permintaan dari rumah sakit di Jawa Tengah juga tengah meningkat.
"Kami berebut dengan Jawa Tengah, jadi tidak bisa (mendatangkan pasokan dari Jawa Tengah)," kata Sultan.
Akhirnya Pemprov DIY pun meminta oksigen kepada perusahaan yang sama dikirimkan dari distributornya yang berada di Jakarta dan Jawa Timur. Kali ini disanggupi. Oksigen tambahan yang diminta Yogya saat itu berjumlah masing-masing 2 ton pengiriman pertama dan 12 ton pengiriman kedua.
Namun, pengiriman pasokan yang dijadwalkan tiba pada Ahad jam 01.00 dan 05.00 WIB itu ternyata meleset dari jadwal. Pasokan oksigen untuk Yogya yang pertama baru tiba pukul 05.00 WIB. Bukan pukul 01.00 WIB.
Namun, ujar Sultan, meski pasokan oksigen dari distributor ke Yogya itu molor, tak lantas layanan oksigen ke pasien di RSUP Sardjito saat itu berhenti.
Sebab, saat itu ada dua pihak yang membantu pasokan oksigen sementara untuk RSUP Sardjito, yakni dari Rumah Sakit Akademik UGM dan Rumah Sakit Bhayangkara Polda DIY sebanyak 100 tabung. "Jadi pasokan oksigen ke pasien sebenarnya masih tetap berjalan saat itu," kata Sultan.
Sultan mengakui oksigen memang krusial bagi penanganan pasien Covid-19. Namun saat itu pasokan oksigen juga tidak putus. Sultan mengatakan, kenaikan kebutuhan oksigen tak hanya dialami Yogya namun seluruh rumah sakit di berbagai wilayah. Pihaknya pun mengaku telah meminta jatah oksigen untuk Yogya ditambah.
Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan sebelumnya menjelaskan.
pasokan oksigen central rumah sakit itu benar-benar habis pada Sabtu, 3 Juli 2021, pukul 20.00 WIB.
Namun saat itu sudah disiapkan oksigen cadangan berupa oksigen tabung. "Tapi saat oksigen tabung itu sudah mulai dikeluarkan, kami khawatir karena perhitungan kami hanya bisa bertahan untuk menyuplai selama 4-6 jam saja," ujar Banu.
Saat oksigen sentral rumah sakit mulai terhenti, datang bantuan oksigen tabung bantuan dari pihak Polda DIY pada Ahad pukul 00.15 WIB sebanyak 100 tabung untuk membantu suplai oksigen berjalan lagi.
Dari data rumah sakit, dihitung sejak Ahad pagi, pasien yang meninggal 33 pasien. Kematian 33 pasien ini, menurut Banu, bisa dikaitkan dengan masalah oksigen sekaligus dipicu faktor klinis kesehatannya yang memang sudah buruk.
"Jadi dari 33 pasien yang meninggal hari Minggu ini kondisinya dipicu klinis, bukan posisi memakai ventilator dari oksigen sentral. Ke 33 pasien ini pun tetap dapat pasokan oksigen tabung," kata dia.
Menurutnya yang murni meninggal dalam posisi dengan masih dibantu ventilator oksigen sentral rumah sakit saat itu ada empat pasien.
Selain itu, 15 dari pasien Covid-19 itu meninggal di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan kondisi klinis berat, dengan pasokan oksigen mengalir meski tak maksimal.