Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Taktik Perang Gerilya Jenderal Soedirman ini Membuat Belanda Kocar-Kacir

Taktik perang gerilya yang dilakukan Jenderal Soedirman pernah membuat Belanda kocar-kacir. Bahkan diadopsi dan pelajari di beberapa negara lain.

8 Oktober 2021 | 13.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jenderal Soedirman dalam tandu saat memimpin perang gerilya. Sejarah-negara.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu taktik perang yang cukup sering didengungkan dalam dunia militer adalah geriliya. Di Indonesia sendiri, taktik ini banyak digunakan oleh panglima-panglima seperti Jendral AH Nasution ketika ia memimpin Divisi Siliwangi. Sebelumnya, Jenderal Soedirman juga sudah menggunakan taktik ini untuk mengalahkan tentara kolonial Belanda.

Taktik perang gerilya atau guerrilla warfare, yang secara harafiah berarti perang kecil. Taktik perang gerilya merupakan taktik peperangan yang dilakukan dengan cara menipu, mengelabui, dan menyerang secara tiba-tiba dan mengandalkan kecepatan untuk menghilang tanpa sempat dibalas oleh musuh.

Salah satu penggagas taktik perang ini di Indonesia yaitu Jenderal Soedirman. Berdasarkan muhammadiyah.or.id, taktik gerilya Jenderal Soedirman bertujuan untuk memecah konsenterasi Belanda. Hal ini dilakukannya dengan berpindah-pindah tempat dan menyeberangi sungai, gunung, lembah, dan hutan. Selain itu, dalam peperangan model ini para tentara juga bergabung dengan rakyat.

Saat melakukan taktik gerilya, Soedirman tengah mengalami sakit TBC yang membuatnya harus ditandu oleh pasukan yang lain. Dengan taktik ini Soedirman harus melakukan taktik berpindah-pindah tempat dan melakukan perjalanan memasuki desa-desa kecil. Tidak bisa dipungkiri, ketika itu Belanda tengah menguasai pos-pos strategis di tengah kota.

Pada saat itu, Kota Yogyakarta menjadi sasaran penyerangan utama ketika Agresi Militer Belanda II. Sebelumnya Belanda telah menguasai Jakarta dan Yogyakarta menjadi ibu kota—sementara. Di kota ini Belanda juga melayangkan serangan utamanya pertama kali melalui Pangkalan Udara Maguwo, kemudian berlanjut lewat serangan darat.

Puncak penyerangan ini terjadi pada 1 Maret 1949 ketika tentara Indonesia menyerang pos-pos militer Belanda pada pagi hari. Serangan serentak ini tidak hanya terjadi di Yogyakarta saja, melainkan seluruh wilayah di Indonesia. Dengan hal ini, dalam kurun waktu 6 jam saja Tentara Indonesia kembali menguasai Yogyakarta. Peristiwa ini juga diingat sebagai Serangan Umum 1 Maret.

Masih melalui muhammadiyah.or.id, Endra Widyarsono, PJ Ketua Umum Kwartir Pusat Hizbul Wathan (Kwarpus HW) mengatakan, “Soedirman sebelum Perang Gerilya sudah pernah melakukan latihan kemah Kepanduan Hizbul Wathan (HW) dengan menempuh 200 km jalan kaki dari Cilacap – Batur (Banjarnegara). Saat itu usia Jenderal Soedirman 24 tahun,” kata Endra dalam Dialog Kebangsaan pada 24 Januari 2021.

GERIN RIO PRANATA 

Baca: Jenderal Soedirman Panglima Besar TNI yang Tidak Alami Sekolah Militer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus