Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bank-bank di Indonesia tak ubahnya rumah yang berimpitan. Jika satu rumah disambar api, yang lain akan ikut terbakar, tanpa kecuali. Begitu pula kasus "kebakaran" yang terjadi di Bank Summa. Belakangan diketahui, bank ini tidak hanya menanggung kredit macet yang sangat besar, tapi juga terjepit utang di beberapa lembaga keuangan. Dan utang itu sudah jatuh tempo.
Yang santer dibicarakan adalah utang kepada Panin Bank. Meskipun dibantah keras oleh Senior Executive Vice President Panin, Mu'min Ali Gunawan, beberapa sumber Tempo memastikan bahwa Panin Bank sudah menyuntikkan Rp 250 miliar kepada Bank Summa.
Celakanya, dana tersebut bukan milik Panin, melainkan pinjaman antarbank (interbank call money) dari Bank Umum Nasional dan Bank Pacific. Panin berharap pinjaman itu kelak akan ditutup Oka Mas Agung—salah satu pemilik Grup Gunung Agung, Grup Tiga Mas, dan Bank Artha Prima—dalam bentuk deposito.
Sebelum dengan Oka, Edwin Soeryadjaya (anak kedua William) sudah mengajak Usman Admadjaya, pemilik Bank Danamon, membenahi Bank Summa. Entah kenapa, Usman tidak tertarik. Patah di situ, Edwin kemudian mengajak Oka, yang memang sudah lama berteman baik. Oka kemudian melirik Mu'min, kongsinya di bisnis tanah. Mu'min pernah menyelamatkan Bank Artha Prima (d/h Bank Artha Pusara) milik Oka dari kehancuran.
Masalahnya, dari mana Oka memperoleh dana. Informasi yang ada sangat simpang-siur. Sebagian menyatakan dana itu akan diambil dari hasil penjualan saham Gunung Agung. Sebagian lagi menyebutkan Oka minta bantuan Menteri Keuangan J.B. Sumarlin untuk menyuntikkan dana BUMN di Panin. Tapi, menurut sebuah sumber, ternyata Oka tidak likuid, sehingga informasi itu dianggap omong kosong belaka. Lagi pula, kabarnya, Sumarlin menolak permintaan Oka.
Sebegitu jauh Tempo belum berhasil mengontak Oka. Namun, jika isu itu benar, "kebakaran" di Bank Summa tampaknya mulai merembet ke bank-bank lain. Berasal dari utang Summa kepada Panin yang tidak terlunasi, Bank Pacific serta BUN—yang telanjur meminjamkan uang itu ke Panin—tentu akan kewalahan juga. Mu'min tidak membantah atau mengiyakan soal pinjaman itu. "Kalau Bank Summa mendapat pinjaman, berarti namanya masih baik. Dan sekarang pun ia masih aktif di pasar uang," katanya, masih tak jelas.
Informasi tentang rencana Oka menutup pinjaman itu langsung dibantah Mu'min. Lain lagi reaksi Direktur Utama BUN Leonard Tanubrata. Ia membantah telah memberi pinjaman ke Bank Summa, apalagi dalam jumlah besar.
Sebelum Panin, Bank Indonesia sudah memberi pinjaman discount window ke Bank Summa Rp 200 miliar lewat Bank Indover. Nah, untuk yang satu ini tampaknya Mu'min tidak membantah. Hanya, katanya, jumlahnya lebih kecil daripada yang disebut-sebut orang. Isu terakhir menyebutkan bahwa, selain Bank Indover, Bank Indonesia telah memberi pinjaman Rp 400 miliar dalam bentuk surat berharga pasar uang.
Selain pinjaman Bank Summa, ada pula pinjaman yang dilakukan oleh Grup Astra kepada tiga bank lain. Pinjaman ini kabarnya juga untuk menyuntik Bank Summa. Ketiga bank itu adalah Bank Exim, Bapindo, dan Danamon. Dua bank pemerintah itu bersedia meminjamkan Rp 250 miliar, sedangkan Danamon sekitar Rp 200 miliar.
Kalau saja suntikan dana yang dilakukan oleh bank-bank itu benar, seharusnya Bank Summa saat ini dalam posisi aman. Kalau dijumlahkan, total suntikan buat Bank Summa telah mencapai Rp 1,3 triliun. "Semuanya akan beres. Bank Summa pasti bisa dibenahi," kata Om Willem.
Tentu saja tim penyelamat yang dipimpin Mu'min Ali Gunawan akan berbuat semaksimal mungkin. Andai kata tim Panin sukses, hampir bisa dipastikan "kebakaran" di Bank Summa tidak akan merembet ke bank lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo