Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gegap-gempita Piala Eropa pekan-pekan ini membuat banyak orang demam bola. Meski prestasi tim nasional Indonesia belakangan ini melempem, itu bukan penghalang bagi kita buat menikmati gocekan Cristiano Ronaldo dan sergapan tangkas Iker Casillas. Dari pejabat negara sampai tukang becak, semua keranjingan begadang menonton bola. Media massa juga tak ketinggalan.
Meliput ajang pertandingan sepak bola sejagat sudah lama jadi tradisi media di negeri ini. Pada edisi 31 Mei 1986, Tempo menurunkan laporan utama mengenai Piala Dunia di Meksiko. Laporan majalah ini meramalkan dengan tepat kemunculan seorang ikon pemain sepak bola jenius bernama Diego Armando Maradona.
Piala Dunia 1986 menjadi unik karena kompetisi itu diselenggarakan di tengah krisis ekonomi yang melanda Meksiko. Utang luar negerinya waktu itu mencapai US$ 97 miliar. Tak hanya itu, setahun sebelum ajang ini digelar, gempa bumi besar melanda Meksiko. Lebih dari 9.000 orang tewas dan 3.000 bangunan rusak parah. Total kerugian sekitar US$ 5 juta.
Dengan kondisi perekonomian yang terseok, tak aneh jika publik Meksiko sendiri menolak kehadiran Piala Dunia di halaman rumah mereka. Demonstrasi digelar hampir setiap hari di depan Istana Kepresidenan. Mereka marah melihat begitu banyak uang dikeluarkan dari kas negara untuk membiayai pergelaran ini. Bayangkan saja, pemerintah Meksiko sampai membeli dan meluncurkan dua satelit untuk fasilitas peliputan. Mereka juga membangun dan memugar 12 stadion. Untuk itu saja, pemerintah ditaksir merogoh kocek sampai US$ 75 juta.
Sebenarnya yang mendapat jatah jadi tuan rumah Piala Dunia 1986 adalah Kolombia. Tapi, tiga tahun sebelum jadwal, negara itu mengundurkan diri. Karena itulah Meksiko tak punya pilihan selain maju terus. "Kejuaraan ini adalah proyek penÂcitraan bagi Meksiko di seluruh dunia," kata Guillermo Canedo, ketua panitia penyelenggara kompetisi ini.
Selain penolakan domestik, ancaman keamanan menjadi perbincangan hangat. Menjelang upacara pembukaan, belasan kendaraan lapis baja diparkir di pojok Stadion Azteca, Kota Meksiko. Sejumlah polisi dan tentara bersenjata hilir-mudik di sekeliling stadion itu.
Hampir semua obyek yang berkaitan dengan kejuaraan akan dijaga ketat: dari bandar udara, hotel, tempat penampungan pemain, hingga tempat latihan mereka di pelbagai pelosok kota. Pemerintah Meksiko mengerahkan sekitar 30 ribu personel pasukan keamanan—polisi, tentara, dan agen rahasia yang terlatih khusus—untuk mengamankan turnamen akbar itu.
Pada masa itu, Meksiko memang tengah berjibaku menghadapi gangguan terorisme. Tapi ancaman fan fanatik tim tuan rumah juga jadi pertimbangan. Penggila bola Meksiko suka mengamuk kalau tim kesayangannya kalah. Sepekan sebelum putaran final Piala Dunia digelar, belasan orang harus dirawat di rumah sakit gara-gara cedera dalam perkelahian antarpenggemar sepak bola di Pachuca, sebelah utara Kota Meksiko. Waktu itu, sedang berlangsung pertandingan antara klub Pachuca dan klub Cobra. Rupanya, penggemar klub Pachuca marah karena tim mereka gagal memenangi pertandingan promosi ke Divisi Satu.
Untuk mengantisipasi gangguan, Biro Penyelidik Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris berulang kali datang ke Meksiko untuk mendidik aparatur keamanan lokal. Mereka mengajarkan trik dan cara menghadapi para teroris.
Ancaman keamanan itu tak bisa dianggap remeh. Beberapa kali petugas menerima telepon gelap yang memberitahukan ada ancaman bom di beberapa tempat, termasuk di tempat penginapan pemain. Dua bulan sebelum pembukaan, sebuah alat peledak seberat 18 kilogram ditemukan di sebuah mobil yang diparkir di dekat kantor Kedutaan Besar Amerika di Kota Meksiko. Untung, bom itu bisa dijinakkan.
Untunglah Piala Dunia 1986 berlangsung aman dan lancar. Penggemar bola sejagat bisa menikmati pertandingan ciamik antarmaestro. Dan seperti ramalan Tempo, Maradona bersinar di Meksiko. Sayangnya, waktu itu, TVRI tidak menyiarkan langsung semua pertandingan Piala Dunia, kecuali pertandingan terakhir di babak final.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo