Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

<font size=+1 color=#FF0000>6</font><font size=3> TAHUN LALU</font>

4 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

6 November 2005
Mengalir Sampai Jenderal

Gedung sebelas lantai dengan patung R.S. Sukanto, Kepala Kepolisian Republik Indonesia pertama, ini paling ditakuti polisi. Di situlah kantor Provos Mabes Polri, tempat memeriksa dan menahan polisi bermasalah. Enam tahun lalu, Komisaris Besar Tubagus Irman Santosa dikurung di sana. Tempat itu tentu saja tak senyaman rumahnya yang megah di kawasan Jalan Darmawangsa, Jakarta Selatan.

Semula, Kepala Unit II Perbankan dan Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal Mabes Polri ini gesit mengungkap perkara penilapan uang PT Bank Negara Indonesia cabang Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, senilai Rp 1,2 triliun. Satu per satu pembobol bank dijebloskan ke tahanan. Di antaranya Adrian Herling Waworuntu, yang divonis penjara seumur hidup.

Belakangan, tercium aroma suap. Irman dan timnya dituding menerima Rp 500 juta dari para tersangka. Brigadir Jenderal Samuel Ismoko, waktu itu Direktur II Ekonomi Khusus, mengantongi US$ 20 ribu. Irman mengaku pula ada aliran uang yang diteruskan ke atasannya hingga jenderal bintang empat senilai Rp 2 miliar. Jenderal Da’i Bachtiar, Kepala Polri saat itu, dan Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Erwin Mappaseng, bekas Kepala Badan Reserse Kriminal, disebut-sebut menikmati fulus itu.

Enam tahun berselang, aroma suap di Markas Besar Kepolisian RI kembali terendus. Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Ito Sumardi disebut-sebut menerima uang sogok dari Muhammad Nazaruddin, bekas Bendahara Umum Partai Demokrat, yang kini kabur ke Singapura. Tujuannya agar beragam kasus korupsi yang membelit Nazaruddin tidak ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, tapi oleh Kepolisian.

ARSIP 

4 Juli 1927
Cipto Mangunkusumo, Sartono, Iskaq ­Tjokrohadisur­yo, dan Sunaryo mendirikan Par­tai Perserikatan Nasional Indonesia di Bandung. Sukar­no ikut bergabung dalam partai ini. Satu tahun kemudian, nama partai ini berubah menjadi Partai Nasional Indonesia.

5 Juli 1939
Terjadi pemberontakan di Tolitoli, Sulawesi, setelah Wakil Ketua Sarekat Islam Abdoel Moeis melakukan propaganda. Seorang kontrolir Belanda tewas dalam peristiwa ini.

6 Juli 1949
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dikembalikan ke Yogyakarta oleh Belanda. Sebelumnya, mereka diasingkan ke Bangka sejak Desember 1948.

7 Juli 1927
Tokoh Petisi 50, Ali Sadikin, lahir di Sumedang, Jawa Barat. Ia menjabat Gubernur DKI Jakarta selama 11 tahun pada 1966-1977.

8 Juli 1976
Palapa A-1, satelit telekomunikasi pertama Indonesia, diluncurkan di Tanjung Ca­naveral, Florida, Amerika Serikat.

9 Juli 1968
Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari) resmi didirikan di Jakarta dan menjadi bagian dari International Amateur Radio Union, organisasi radio amatir dunia.

10 Juli 1949
Sjafruddin Prawiranegara dan Panglima Besar Soedirman memasuki Yogyakarta. Sjafruddin bertindak sebagai inspektur upacara menyambut para pemimpin yang kembali ke Yogya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus