Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ali Akbar Navis, sastrawan asal Sumatra Barat, terbaring sakit di RS Jantung Harapan Kita. Selasa pekan lalu, penulis novel Robohnya Surau Kami ini menjalani operasi jantung. Setengah jam kemudian, sekitar pukul 13.00, Presiden Abdurrahman Wahid datang membesuknya.
Ditemani sang istri, Sinta Nuriyah, Presiden Abdurrahman berbincang santai dengan sastrawan kondang ini. Perbincangan berbagai topik mengalir lancar, mulai dari kabar Presiden Kuba Fidel Castro sampai kondisi politik nasional yang mutakhir.
Kedatangan Presiden, yang baru datang dari serangkaian lawatan ke luar negeri, betul-betul tak diduga Navis. Baginya, sosok Gus Dur seperti Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang suka mengunjungi rakyatnya tanpa protokol yang resmi.
Navis, yang kelahiran Kampungjawa, Padangpanjang, 75 tahun lalu, masih tergolong produktif. Dalam kurun 50 tahun terakhir, ia telah menulis 23 buku, tidak termasuk karya antologi bersama sastrawan lainnya. Dua tahun lalu, karyanyabuku Cerita Rakyat dari Sumatera Baratmendapat penghargaan dari Ikatan Penerbit Indonesia dan UNESCO.
Awal tahun ini, Navis meluncurkan buku kumpulan 106 artikel dan makalah yang ditulisnya untuk berbagai media dan perguruan tinggi. Yang Berjalan di Sepanjang Jalan, judul buku tersebut, seolah mewakili sosok Navis. Kepeduliannya akan berbagai hal, sastra, politik, sampai ekonomi, membuktikan bahwa Navis tetap bersemangat untuk berjalan di sepanjang jalan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo