Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Album

19 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meninggal

Dunia sastra Indonesia kehilangan Dr. Hans Bague Jassin. Kritikus sastra asal Gorontalo itu meninggal pada Sabtu, 11 Maret, pukul 01.30, di RSCM, Jakarta. Jassin terbaring sakit karena stroke sejak satu setengah tahun lalu. Jenazah Almarhum dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, setelah sebelumnya sempat disemayamkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta—kantor yang didirikan Jassin. Selain sejumlah seniman, Presiden Abdurrahman Wahid juga melayat ke rumah duka di Jalan Arimbi, kawasan Tanahtinggi, Jakarta.

Pria kelahiran 31 Juli 1917 itu meninggalkan seorang istri, empat anak, sepuluh cucu, dan seorang cicit. Selama hidupnya, Jassin menikah tiga kali. Istri pertama, Tientje Van Buren, pisah cerai tanpa anak. Istri kedua, Arsiti, meninggal dunia pada 1962. Istri terakhir yang mendampinginya hingga akhir hayat adalah Yuliko Wilhem. Sebagai sastrawan, kritikus, dosen, dan pengelola pusat dokumentasi sastra, Jassin hidup sederhana. Sebelum memperoleh hadiah kendaraan Honda Civic dari Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, pada zaman Gubernur Ali Sadikin, Jassin ke mana-mana mengendarai opelet dan berjalan kaki.

Lulus dari Fakultas Sastra UI (1957), Universitas Yale, AS (1959), Jassin memperoleh gelar doktor honoris causa dari UI. Ia pernah menjadi redaktur di 14 majalah kebudayaan, menulis sejumlah buku tentang kesusastraan, menjadi editor buku bunga rampai kesusastraan, dan menerjemahkan puluhan karya sastrawan ternama dunia. Bukunya antara lain Tifa Penyair dan Daerahnya (1952), dan Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai (edisi baru 1985). Karyanya yang kontroversial dan monumental adalah Alquran Alkarim Bacaan Mulia (1978)—terjemahan kitab suci dalam bentuk puisi, dan karyanya yang terbaru adalah 1001 Hari Kisah-Kisah Parsi.

Jassin juga seorang dokumentator sastra terbaik di Indonesia, seperti bisa dilihat di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin. Penerima Satya Lencana Kebudayaan pada 1969 itu juga termasuk pencetus Manifesto Kebudayaan pada 1963, sebuah gerakan seni bersejarah menjelang peristiwa 30 September 1965. Sebagai redaktur majalah Sastra, Jassin pernah terkena hukuman satu tahun penjara pada 1971 karena memuat cerita pendek Langit Makin Mendung karya Ki Panji Kusmin, yang dianggap menghina Tuhan. Menggeluti sastra selama hampir 60 tahun, Jassin dijuluki "Paus Sastra". Sebutan lainnya adalah "Wali Penjaga Sastra Indonesia".

Kini ia telah resmi menjadi almarhum, orang yang dirahmati Tuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum