Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Album

17 November 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penghargaan
Gelar Pahlawan

Presiden Joko Widodo meng­anugerahkan gelar pahlawan nasional untuk empat tokoh di Istana Negara pada 7 November lalu. Empat tokoh tersebut adalah almarhum Letnan Jenderal Djamin Gintings, almarhum Moehammad Mangoendiprodjo, almarhum Abdul Wahab Chasbullah, dan almarhum Sukarni Kartodiwirjo.

Lewat Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/Tahun 2014, Djamin Gintings dianggap sebagai tokoh Sumatera Utara yang berjasa dalam penumpasan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Adapun Abdul Wahab Chasbullah dianggap sebagai tokoh Jawa Timur yang berjasa lantaran meningkatkan dukungan Nahdlatul Ulama kepada pemerintah Indonesia di masa kemerdekaan.

Moehammad Mangoendiprodjo dianggap sebagai tokoh Jawa Timur yang berjasa dalam peristiwa revolusi di Surabaya. Sedangkan Sukarni Kartodiwirjo merupakan tokoh Jawa Timur yang dianggap berjasa merumuskan naskah proklamasi dan mendesak proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Meninggal
Tjokorda Raka Sukawati

Penemu teknik konstruksi yang diberi nama Sasrabahu, Tjokorda Raka Sukawati, meninggal pada Selasa, 11 November lalu. Tjokorda mengembuskan napas terakhir pada usia 83 tahun akibat komplikasi penyakit di Rumah Sakit Bros, Denpasar. Pria yang lahir di Ubud pada 3 Mei 1931 ini dikenal dengan temuannya, yaitu teknik memutar bahu lengan beton untuk jalan layang. Teknik yang ia sebut sebagai landasan putar bebas hambatan itu ditemukannya saat hendak menggarap proyek jalan tol Cawang-Tanjung Priok, Jakarta.

Raka merupakan salah satu eksekutif di PT Hutama Karya, perusahaan badan usaha milik negara yang menang tender untuk menangani pekerjaan konstruksinya. "Sebagai kontraktor, kami bisa saja bersikap masa bodoh dengan urusan lalu lintas," ujar Raka, seperti dikutip majalah Tempo edisi 9 Juli 1988. Alumnus Teknik Industri Institut Teknologi Bandung 1983 ini meraih gelar doktor di Universitas ­Gadjah Mada pada 1996. Dia juga tercatat sebagai pendiri Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali.


"Sebenarnya, kalau kami mampu menghentikan penyakit-penyakit korupsi secara total, pemerintah tidak perlu menaikkan harga BBM, pemerintah tidak perlu menarik subsidi BBM."

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad menanggapi rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak saat berbicara di depan Kongres Pelajar Nusantara di Gedung Airlangga Convention Center Universitas Airlangga, Surabaya, Senin pekan lalu. Menurut Samad, menaikkan harga BBM hanya merupakan jalan pintas dan jalan yang tidak memerlukan banyak pemikiran untuk menyejahterakan rakyat Indonesia.'

"Kita selalu terjebak pada yang namanya pemborosan lewat subsidi BBM."

Presiden Joko Widodo menyampaikan salah satu alasan menaikkan harga BBM dalam acara Kompas CEO Forum di Jakarta, 7 November lalu. Ia menyampaikan, dalam kurun lima tahun terakhir, Indonesia menyediakan dana subsidi BBM hingga Rp 714 triliun, tapi subsidi untuk bidang lain jauh lebih kecil. Ia mengatakan, dalam waktu yang sama, Indonesia hanya menganggarkan Rp 220 triliun untuk kesehatan dan Rp 574 triliun untuk infrastruktur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus