Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bukalah situs tentang terapi untuk cerebral palsy—kelainan pada otak yang berpengaruh terhadap fungsi motorik. Selain perhatian dan dukungan dari orang-orang terdekat, nyata di sana beraneka invensi yang dapat digunakan sebagai alat bantu terapi. Dari situs itu akan jelas pula bahwa sebuah kursi roda saja tidaklah cukup.
Ini pula yang dipikirkan Rido Satria Wijaya, 21 tahun, dalam risetnya di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Fajar Harapan Surabaya. Mahasiswa semester VII Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya ini tertantang mendesain sebuah alat bantu mobilitas baru untuk Muhammad Yusril Rahman, siswa kelas V di SDLB itu, yang menderita cerebral palsy ringan.
Kursi roda, kata Rido, "Selain mengakibatkan kaki jadi semakin kaku karena sedikit bergerak, bentuknya sangat mekanik, monoton." Dia pun berdiskusi dengan guru dan Yusril. Tujuh macam desain sempat ditawarkannya ke dosen di kampus sebelum sebuah inspirasi dipetiknya untuk model prototipe yang diberinya nama Mai-CP (Mobility Aid for Cerebral Palsy).
Desain Mai-CP pertama kali diperkenalkannya di International Village Ubaya pada akhir Oktober lalu. "Saya mendesain produk Mai-CP untuk memudahkan aktivitas sekaligus terapi buat mereka," kata Rido saat itu.
Ditemui kembali pekan lalu, Rido mengungkap rahasia bahwa dia menerjemahkan cita-cita Yusril ke dalam desain Mai-CP. Yusril pernah bercerita kepadanya ingin menjadi seorang pembalap. "Saya lalu memodifikasi bentuk otopad menjadi mirip mobil-mobilan, dengan kurva-kurva sudut yang tumpul," kata Rido menjelaskan.
Dengan alat bantu mirip mobil mainan yang didesainnya itu, Rido berharap kaki Yusril juga bisa dirangsang aktif untuk ikut bergerak. Ini jelas berbeda jika dia menggunakan kursi roda yang hanya membantu berpindah-pindah tempat.
Seperti dituturkan Yunan Ulya, sang ayah, Yusril merasa ada gerakan atau otot yang ditarik. "Lebih enak pakai ini (Mai-CP) daripada kursi roda," ujar Yusril ketika dimintai tanggapan.
Rido mengatakan butuh waktu sampai enam bulan untuk melahirkan prototipe Mai-CP. Menerapkan konsep "Easy and Tough", Rido mendesain alat bantu baru seukuran 104 x 48 x 65 sentimeter itu bisa digunakan buat duduk atau dilipat untuk posisi berdiri.
Jika alat berada pada posisi duduk, fungsinya menggantikan kursi roda. Jika alat dilipat, penderita cerebral palsy bisa menggunakannya sebagai sarana terapi otot tangan dan kaki.
Rido mengakui Mai-CP masih butuh penyempurnaan di sana-sini untuk bisa diproduksi massal dan membantu lebih banyak penderita cerebral palsy. Sebagai prototipe, misalnya, dia berharap alat bisa dibuat lebih ringan menggunakan kaca serat seluruhnya—bukan kayu seperti yang digunakannya di beberapa bagian. Juga penyangga punggung yang dinilainya bisa dibuat lebih baik. "Selain itu, materialnya masih goyang, kurang kuat menahan beban di atas 60 kilogram," ujarnya.
Tapi karya Rido sudah memuaskan dosennya, Kumara Sadana Putra. Dia memuji pilihan Rido menciptakan produk bagi penderita cerebral palsy dan dianggap berhasil mengedepankan unsur estetika. "Secara psikologis, memakai kursi roda itu memang tampak seperti penderita sakit," katanya.
Dalam semantika desain, dia menjelaskan, Mai-CP setidaknya memiliki kemampuan komunikasi visual. Keamanan tecermin melalui bentuk dan warna tertentu. Pemilihan warna putih yang universal dan biru menggambarkan makna kepercayaan, kestabilan, sehingga diharapkan membantu pasien atau penderita secara medis. "Kesimpulannya, secara semantika memang sudah cukup baik."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo