Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Doktor baru Pande Made Sukerta, 51 tahun
PANDE Made Sukerta Senin pekan lalu tercatat sebagai orang pertama yang meraih gelar doktor dari program studi S3 Kajian Budaya Universitas Udayana, Bali. Program ini baru dibuka empat tahun lalu. Sukerta, yang dilahirkan di Buleleng pada 1953, sehari-hari adalah dosen Jurusan Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Surakarta.
Lewat disertasinya berjudul Perubahan dan Keberlanjutan Tradisi Gong Kebyar: Studi tentang Gong Kebyar Buleleng, Sukerta menganalisis keberadaan dan peranan kesenian gong kebyar dalam budaya Buleleng. Tim penguji yang terdiri dari enam orang, antara lain Prof Dr Made Bakta (Direktur Pascasarjana Universitas Udayana), Profesor Dr I Wayan Ardika MA (promotor), Profesor Dr Edi Setyawan, Profesor Dr I Wayan Rai MA, menyatakan Sukerta lulus de-ngan predikat sa-ngat memuaskan. Ia lulus de-ngan indeks prestasi 3,45.
Dalam penelitiannya, yang memakan waktu lebih dari setengah tahun, Sukerta menemukan adanya perubahan yang terus terjadi dalam kesenian rakyat gong kebyar Buleleng. Inilah kesenian klasik yang banyak ditemukan di pesisir utara Bali, sejak kemunculannya pada awal abad ke-20. Menurut dia, selain menyebar ke segenap penjuru Bali, kesenian gong kebyar ini dalam perjalanannya berkembang menjadi empat gaya.
Keempat gaya ini adalah gong kebyar Buleleng atau Bali utara, gong kebyar Tabanan, gong kebyar Badung, dan gong kebyar Gianyar. "Tiga gaya terakhir dikenal sebagai gong kebyar Bali selatan," katanya.
Tapi, dari semua gaya kesenian ini, Sukerta menyimpulkan gong kebyar Buleleng yang paling menonjol. Penyebarannya ke masyarakat juga lebih cepat. Salah satu ciri yang paling menonjol, gong kebyar Buleleng ini musiknya dan juga fisiknya lebih atraktif ketimbang gong kebyar lainnya.
"Anda lihat penjara di Tasikmalaya yang isinya pengedar narkotik dari Afrika. Mereka menjadi- kan Indonesia sebagai pusat perdagangan nar- koba karena penegakan hukum di Indonesia di- anggap lembek" Jaksa Agung Abdul Rahman, Selasa pekan lalu, menyatakan hukuman pidana mati masih diperlukan di Indonesia. Saleh menyatakan hal ini dalam diskusi "Hukuman Mati" yang diseleng- garakan Uni Eropa dan Jurusan Filsafat Universitas Indonesia.
"Bila dalam 100 hari SBY belum bagus, hajar terus. Jangan sungkan-sung- kan." Mantan Ketua MPR Amien Rais, Senin pekan lalu, meminta Ketua DPR Agung Laksono tidak usah segan dan takut mengkritik Pre- siden Susilo Bambang Yudhoyono.
TEMPO DOELOE
20 Desember 1963 Setelah bertahun-tahun menjadi simbol pemisahan Blok Barat dan Blok Timur, Tembok Berlin dibuka. Sekitar 4.000 warga Jerman Timur diizinkan menyeberang ke Jerman Barat untuk menemui kerabat dan kenalannya.
21 Desember 1958 Charles de Gaulle terpilih sebagai presiden pertama Republik Prancis. Ia memperoleh mayoritas suara dalam pemilihan umum.
23 Desember 1986 Setelah terbang tanpa henti selama 9 hari 4 menit, pesawat Voyager dengan pilot Dick Rutan mendarat di Landasan Udara Edwards, California. Selama penerbangan keliling dunia tanpa henti itu, Voyager menempuh jarak 25.012 mil.
22 Desember 1971 Diplomat Austria, Kurt Waldheim, terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia mengakhiri masa jabatannya pada 1982.
24 Desember 1979 Ariane 1, roket pertama tanpa awak milik Eropa, meluncur dari landasannya di Pulau Kourou, Guyana Prancis. Kelak, sebagian satelit yang bertebaran di angkasa meluncur dari wahana ini.
25 Desember 1991 Presiden Uni Soviet, Gorbachev, menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya. Empat hari sebelumnya, Republik Sosialis Uni Soviet dinyatakan bubar.
26 Desember 1982 Untuk pertama kalinya dalam sejarah Time, majalah berita Amerika, tokoh yang mereka pilih sebagai Man of the Year bukanlah manusia, melainkan komputer. Menurut Time, komputer layak disebut sebagai tokoh yang paling mempengaruhi manusia dan jagat raya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo