BATIK-BATIK ciptaan Iwan Tirta, Hayadi, Ardyanto, Harry Soeharyo
segera akan melancong ke Eropa melalui pameran pakaian ciptaan
Artnur Tambunan. Artnur Tambunan International memang mempunyai
cabangnya di Roma dan Amstelveen, satu bagian dari kota
Amsterdam di negeri Belanda. Tamatan sekolah mode di Roma dengan
nilai tertinggi ini, bebeberapa waktu sebelumnya terkenal dengan
ciptaan-ciptaannya yang mengarah ke golongan mode atau baju yang
cuma bisa dipakai oleh para peragawati atau bintang film.
Akhir-akhir ini, Arthur tampak lebih mapan dalam ciptaannya.
Batik Harry Soeharyo yang menggemari warna gambir dengan disain
burung atau daun dari kain shantung, banyak mengilhami Arthur
dengan rok-rok cocktail dua bagian, baju panjang gaya tunic atau
model kimono. Batik Iwan yang anggun berlatar hitam dan disain
apik kuning emas, tampak begitu Timur. Tekanan baju banyak
dijatuhkan pada belahan rok sampai ke paha, drape belakang, dan
kaftan-kaftan yang sedikit berbau Jepang, dengan lengan kimono,
leher bentuk V tanpa kancing atau selerek (bahasa Sunda untuk
ritsluiting).
Baju-baju tersebut akan diberangkatkan bulan September ini
disajikan untuk koleksi Arthur Tambunan 1977. Baju yang banyak
dijatuhkan untuk musim semi atau panas nanti, juga membawakan
bahan-bahan dalam negeri (Damatex) dengan nama eksotis seperti
Capri, Montego, Casablanca. Warna polos ditekankan pada dua
warna hitam dan putih. Biarpun pakaian mandi yang cuma terdiri
dari dua potong keca (bikini), Arthur tidak melupakan gaya
Timurnya, yaitu tutup kepala yang bisa juga dijadikan kain
penutup perut. Baju berenang inilah yang telah diberi harga
paling murah. Di bawah Rp 15.000 untuk bikini dan pelengkapnya.
Jangan tanya harga baju yang lain. Namanya saja sudah ready to
wear de luxe. Batik ciptaan orang yang sudah punya nama, kena
gunting Arthur, harganya sudah pasti mewah pula. Apalagi untuk
konsumsi luar negeri, biarpun beberapa nyonya yang ingin
berbusana baik, pagi-pagi telah memborong beberapa potong.
Arthur dengan organisasinya telah menciptakan pula pelengkap
dari baju-baju tersebut, accessories. Dia rupanya kuat dalam
kemauan dan keuangan.
Dodot Ageng
Perancang baju yang lain yang juga mendapat pendidikan luar
negeri, Prayudi. Pernah sekolah mode di Jerman, Yudi tadinya
bekerja sama dengan Taman Busana, butik dan sekaligus jual batik
dan barang-barang antik. Akhir-akhir ini Yudi dengan Studio
I-nya berkongsi dengan toko batik yang lagi laris, Danarhadi.
Kalau Arthur dalam pamerannya yang lebih dahulu dari Yudi
menekankan celana ciut di bawah dengan pergelangan kaki
diperlihatkan (dan sepatu bertumit keca) seperti kini sedang
jadi mode di Barat, Yudi tetap mempertahankan celana cutbrai
dengan ujung masih menyapu lantai. Blus longgar sedengkul, topi
dan selendang mengurai ke belakang, orang akan ingat stelan
pramugari Air India.
Setelah Yudi dan stafnya tengok sana-sini ke berbagai pusat mode
di Barat, dia memutuskan bahwa warna untuk pertengahan tahun ini
sampai tahun depan adalah warna-warna merah tegas, biru dan
putih dan corak garis-garis. Dalam pameran yang berjudul Tema
Utama 76 bulan lalu di Bali Room Hotel Indonesia, Danarhadi juga
mengemukakan batik-batiknya yang bercorak kembang, garis-garis
dan fauna sauna Indonesia. Sulit memang untuk menyebutkan milik
patent batik si Anu, karena dunia batik Indonesia memang masih
berbaur dengan jiplak menjiplak. Yudi seperti juga Arthur,
menekankan belahan pada paha, punggung nyaris telanjang di
samping ciptaan-ciptaan lainnya yang biasanya bergaya sportif,
gaya kebiasaan Yudi. Pameran itu berbau Jawa dengan diawali
sepasang pengantin dengan pakaian Dodot Ageng berikut gamelan
kebo giro-nya. Kemudian ditutup pula dengan pakaian pengantin
gaya baru. Diiringi oleh Song of Joy-nya Beethoven (petikan dari
Symphonie ke-9) muncullah sepasang peragawan/wati dengan batik
buatan Tegal yang semuanya berjumlah 40 meter. Pengantin pria
mengenakan celana putih dan kemeja warna merah. Pengantin
perempuan berbaju merah dan tutup kepala yang sama. Pengiring
pengantin, juga motif yang sama model lain, merah. Ditambah
dengan hiasan tombak dan burung sawah (blekok) yang berwarna
kuning emas (bukan putih seperti aslinya), "kami mencoba
mengetengahkan pakaian pengantin dengan warna yang menyala",
ujar Syamsidar Isa, yang bekerja sama dengan Yudi. Siapa mau,
silakan coba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini