Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Subuh Di Jalan Cik Ditiro Medan

3 orang pembunuh r garnadi, kepala pemasaran pertamina unit I, tertangkap. rekonstruksi dilakukan. satu orang lagi masih dalam pengejaran. motivasi pembunuhan belum dapat diungkapkan. (krim)

25 September 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BESOKNYA masyarakat Medan kaget setelah membaca sebuah berita di beberapa surat kabar yang terbit pagi di kota itu. Subuh 6 Nopember 1975. R. Garnadi kedapatan mati terbunuh di dalam kamar tidurnya di rumahnya di Jalan Tengku Cik Ditiro 3 Medan. Pelakunya, menurut keterangan isterinya, 3 manusia tak dikenal. Mereka memakai topeng. Isteri Garnadi pada subuh itu diancam oleh tiga lelaki yang memasuki rumahnya, ingin memberi pertolongan kepada suaminya. Tapi tiga manusia tadi segera menyiramkan obat bius ke muka wanita tadi. Ia terjatuh. Pingsan. Garnadi, wakil Kepala Pemasaran Pertamina Unit I yang berkantor di Jalan Yos Sudarso itu kedapatan di lehernya kena cucuk benda tajam. Ia dikebumikan di Ceribon, meninggalkan seorang isteri dan 6 putera-puteri (TEMPO, 21 Pebruari 1976). Setelah liku waktu berjalan agak cukup lama, sekarang, seperti keterangan fihak kepolisian Komdak II Sumatera Utara, ketiga pelaku pembunuhan sadis itu sudah ditangkap. Malah Rabu siang minggu lalu rekonstruksi jalannya pembunuhan dilakonkan kembali oleh pelaku tadi di Jalan Cik Ditiro 3 Medan. Rekonstruksi ini selain diawasi oleh beberapa perwira kepolisian Komdak II Sumatera Utara, juga tak ketinggalan Dantabes Medan dan Sekitarnya, Letkol Darwo Sugondo dan wakilnya, Letkol drs. T. Guntar Simanjuntak. Besoknya, 2 September Kadapol II Brigjen drs Muryono Martosubroto memberikan keterangan pers mengenai kasus pembunuhan itu. Tapi tak ada yang dapat disiarkan selain menurut siaran pers yang sudah distensil dan dibagikan kepada para kuli tinta itu. Obeng Jalannya rekonstruksi menarik juga. Selain ada larangan memotret kepada wartawan pada beberapa bagian dan tempat di dalam rumah, tentu saja masyarakat yang tahu segera berduyun ke Jalan Cik Ditiro. Pengawalan cukup ketat. Yang ikut melakonkan rekonstruksi itu hanya dua orang. Masing-masing RS (42 tahun) yang menikam Garnadi dengan obeng besar, dan BH (37). Sedang PP (37) dengan tangan diborgol, "disimpan" saja dalam mobil polisi dan dimasukkan ke dalam garase mobil di rumah Garnadi yang sudah lama dikosongkan keluarga almarhum itu. Menurut Kadapol drs. Muryono, ketiga mereka ditangkap tidak serempak. Ada yang pada 2 Austus di Medan, seorang lagi, RS, pada 24 Agustus di Jakarta dan PP pada 27 Agustus ditangkap di Medan. Dalam kasus pembunuhan Garnadi ini, "empat orang yang terlibat", kata Brien Muryono. "Terhadap seorang yang sudah diketahui identitasnya kini masih terus dilakukan pengejaran dan pencarian". Atas berhasilnya usaha peringkusan ketiga orang yang diduga berat terlibat pembunuhan itu, Kadapol memuji bawahannya yang telah bekerja keras. "Anggota-anggota Satuan Reserse Komtabes Medan dan Sekitarnya telah berhasil dengan gemilang menangkap para pelaku pembunuhan tersebut", katanya. Sementara itu ketika rekonstruksi berlangsung seorang perwira di Komtabes 201, MS, mengatakan atas keberhasilan itu mereka seperti "lebih dari mendapat hadiah Undian Harapan". Soalnya mungkin lebih dari itu. Polisi tak mau kehilangan muka terkicuh oleh tipu daya tersangka pembunuh tadi, karena selama ini mereka berhasil mengecoh si pencari mereka. Brigjen Muryono Martosubroto mengatakan, ketiga pelaku tadi "di dalam pemeriksaan telah mengakui segal& perbuatannya". Tapi ia tak menjelaskan bagaimana nasib orang-orang yang selama ini dicurigai dan diperiksa. Selama pembunuh-pembunuh itu belum ditangkap tak kurang dari 25 orang telah diperiksa polisi. Di antaranya 2 WNI yang tinggal di Jalan Sutomo dan Jalan Pandaan Medan, yang menjadi agen besar Pertamina. Kabarnya nasib seorang supir ada yang cukup parah. "Badannya sekarang ringsek", kata sebuah sumber, "padahal setelah diperiksa kemudian dia dilepaskan karena tak ada bukti dia terlibat". Kenapa Kadapol tak mengung- kapkan soal ini dalam stensilan keterangan persnya di Aula Kamtibmas Komdak II Kamis lalu itu, wallahu'alam. Tapi kasus Garnadi masih tetap menarik untuk diikuti meski para pembunuh yang disangka itu sekarang sudah dibekuk. Latar belakangnya belum juga terungkap. Sehari sebelum ia mati dibunuh Garnadi masih berada di Parapat membicarakan soal pemalsuan minyak pelumas bersama polisi dan beberapa pimpinan PNP yang ada di Sumatera Utara. Ia termasuk amat getol ingin mengungkapkan skandal tersebut. Dan sebelum ke Parapat malah bersama Kadapol ia masih membicarakan soal ini di Komdak II. "Kesulitan menyidik kasus tersebut cukup banyak", kata Brigjen Muryono. "Antara lain tak ditemukannya bukti-bukti yang berarti di tempat kejadian, mengingat Tempat Kejadian Perkara (TKP) telah terganggu keasliannya. Sebelum petugas-petugas Polri datang ke tempat kejadian, telah masuk orang-orang yang tak berkepentingan dan mengadakan perubahan-perubahan, antara lain letak si korban". Kesulitan lain menurut Kadapol "satu-satunya saksi adalah isteri si korban yang melihat kejadian tersebut kurang dapat memberi keterangan-keterangan yang diharapkan sehubungan dengan kondisi kesehatannya yang tidak baik". Ia baru saja menjalani operasi. Walaupun demikian, benarkah motivasi pembunuhan tersebut bertolak dari usaha ingin merampok harta almarhum seperti tersebar? Belum tentu. Karena pada malam kejadian itu kamar almarhum sempat diobrak-abrik, termasuk laci meja kerjanya. Tentu ada yang dicari. Selain mungkin ada menyangkut soal pribadi, mungkin ada alibi lain? "Atau mungkin ada hubungan dengan kedudukan dan jabatannya yaitu khususnya dalam rangka ikut membongkar pemalsuan minyak pelumas", ucap Kadapol pula. Upah Rp 15 Juta? Berat dugaan pendapat memang ada ke sana. Apa lagi Garnadi masih belum lama dimutasikan ke Medan, sementara skandal pemalsuan pelumas di Medan konon sudah lama berjalan dan tenang-tenang saja. Dan tiba-tiba setelah Garnadi muncul di Medan, dia tahu-tahu sibuk ingin membongkarnya. Padahal dia orang dalam dan punya kedudukan penting dalam tubuh Pemasaran Pertamina Unit I itu. Kalau ketiga tertuduh tadi diadili nanti dan mengaku bahwa mereka cuma mau merampok, apakah bisa dipercaya. Benarkah di antara mereka ada yang telah menerima Rp 15 juta sebagai upahnya? Hebat juga otak sindikat ini, bah!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus