Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Soal investasi Cina
Dampak PPKM terhadap ekonomi masyarakat kecil
Dampak PPKM
SAYA pekerja informal mitra ojek aplikasi di Bandung. Kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sangat menyulitkan saya dalam bekerja karena terlalu banyak jalan ditutup sehingga tidak jarang saya menyortir order untuk memilih order ke tempat yang jalannya sekiranya tidak banyak ditutup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya tidak mengerti kenapa jalan-jalan utama/protokol harus ditutup. Apakah orang akan berkerumun atau berkumpul di jalan utama? Bahan bakar sepeda motor saya lebih cepat habis karena saya harus memutar jauh. Juga ada risiko kehilangan sepeda motor jika diparkir di depan portal untuk mengantar barang/makanan demi menghemat bahan bakar dan mengambil rute yang lebih efisien.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kalau memang tujuan PPKM mencegah orang berkerumun, kenapa bukan restoran, kafe, dan tempat nongkrong yang dibatasi atau diperketat? Yang lebih aneh, peraturan Wali Kota Bandung membatasi layanan restoran sampai pukul 19.00. Padahal aturan pemerintah pusat membolehkan layanan sampai pukul 20.00.
Negara mana yang menjadi contoh kebijakan menangani pandemi? Jika pemerintah tidak bisa berbuat adil, setidaknya jangan membikin susah masyarakat dalam mencari rezeki atau nafkah.
Mereka yang harus membuka warung pada malam hari, seperti penjual nasi goreng atau martabak, harus tutup karena PPKM tanpa ada kompensasi. Apakah usaha mereka yang buka sore harus buka pagi? Pemerintah tidak mau menjalankan karantina seperti amanat undang-undang karena tidak ada anggaran atau ada kepentingan politik?
Sebagai pekerja informal, kalau disuruh di rumah saja, saya bersedia. Tapi apa solusi dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan saya sehari-hari? Selama kebutuhan paling dasar manusia bisa terpenuhi, selama itu pula masyarakat akan melakukan pekerjaannya seperti biasa di masa pandemi seperti ini, kecuali pemerintah tegas melakukan karantina wilayah dibarengi dengan kompensasi bagi masyarakat tanpa pilih kasih. Jika makin banyak penyekatan terhadap kegiatan masyarakat tanpa dibarengi kompensasi yang memadai, suatu saat akan ada puncaknya dan masyarakat pada akhirnya menjadi muak terhadap pemerintah.
Inka Utama
Bandung
Investasi Cina
AKHIR-AKHIR ini beredar luas di berbagai media sosial ujaran provokatif dan kebencian terhadap investasi dan kedatangan warga Cina. Pertanyaannya, apakah kita memerlukan investasi Cina?
Investasi Cina di Jerman, Italia, dan Prancis saat ini masing-masing di atas € 25 miliar, sementara di Inggris £ 55 miliar dan di Amerika Serikat US$ 145 miliar. Jika negara kaya saja membutuhkan investasi Cina, apalagi kita yang masih berkembang.
Tambang nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan, membutuhkan teknologi tinggi dan investasi yang sangat besar. Seperti disampaikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, dari 5.000 pekerja, sekitar 1.000 orang berasal dari Cina, khususnya mereka yang bekerja di smelter dengan suhu ratusan derajat Celsius.
Investasi Cina di Indonesia masih jauh di bawah jumlah investasi negeri itu di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, bahkan masih di bawah investasi Cina di Pakistan yang sekitar US$ 60 miliar. Tahun ini, Cina akan berinvestasi di bidang furnitur sebesar Rp 20 triliun. Cina memiliki foreign currency reserve atau cadangan devisa US$ 3,165 triliun. Bandingkan dengan cadangan devisa kita yang cuma US$ 138 miliar.
Tak aneh jika Nabi Muhammad menganjurkan umat Islam belajar ke negara Cina. Mengapa beliau tidak menyebutkan Amerika, Jepang, atau India? Cina bakal menjadi negara adidaya di semua sektor. Sekarang mereka datang ke sini. Kita perlu belajar kepada mereka.
Taufik A. Wumu
Jakarta
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo