Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

Kala Empat Bank Melantai di Bursa

Penawaran perdana saham Bukalapak mengingatkan akan penjualan saham perdana empat bank di bursa pada 1989. Bagaimana keriuhan waktu itu?

 

31 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Bukalapak mencetak rekor dalam penawaran saham perdananya di Bursa Efek Indonesia.

  • Empat bank swasta yaitu Lippobank, BII, Bank Niaga,dan Bank Surya, melantai ke bursa.

  • Aksi empat bank tersebut membanjiri pasar modal dengan 27,8 juta lembar saham.

MELAJU ke bursa dengan penawaran umum perdana saham (IPO) Rp 850 per lembar saham, PT Bukalapak.com diprediksi mendongkrak kapitalisasi pasar di bursa saham hingga Rp 87,6 triliun. “Penambahan investor baru paling sedikit 42 ribu pihak,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna, Rabu, 28 Juli lalu. IPO Bukalapak ini diklaim menjadi tonggak sejarah bagi pasar modal sebagai pemegang emisi terbesar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Calon emiten dengan kode BUKA ini menawarkan 25.765.504.800 lembar saham pada penawaran perdananya ini. Tempo mendapatkan informasi dari sejumlah pihak mengenai aksi penawaran yang empat kali lipat lebih besar dari jumlah saham yang ditawarkan ke pasar. Pesanan IPO yang disebut senilai Rp 87,6 triliun tersebut melebihi target dana yang dipatok perusahaan sebesar Rp 21,9 triliun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perusahaan rintisan teknologi ini mendapatkan pernyataan efektif initial public offering dari Otoritas Jasa Keuangan pada Senin, 26 Juli lalu, yang diikuti dengan masa penawaran umum perdana saham selama 27-30 Juli 2021. Sementara itu, distribusi saham secara elektronik akan dilakukan pada 5 Agustus 2021 yang diikuti dengan pencatatan perdana di Bursa Saham Indonesia pada 6 Agustus 2021

Keriuhan ini pernah terjadi pada 1989 ketika empat bank swasta memutuskan melantai di Bursa Saham Jakarta—nama BEI saat itu. Laporan Tempo edisi 7 Oktober 1989 berjudul "Empat Bank Melaju ke Bursa" menyebutkan aksi penawaran perdana tersebut diprediksi akan membanjiri pasar modal dengan 27,8 juta lembar saham. Keempat bank tersebut adalah Lippobank, Bank Niaga, Bank Internasional Indonesia (BII), dan Bank Surya

Untuk catatan, Lippobank dan Bank Niaga telah merger melalui CIMB Group dan sekarang dikenal dengan nama CIMB Niaga. Bank Internasional Indonesia telah berganti nama menjadi Bank Maybank Indonesia. Adapun Bank Surya telah ditutup pemerintah dan berhenti beroperasi pada 4 April 1998

Dalam penawaran saham perdananya, BII meluncurkan 12 juta lembar saham. Menyusul, Lippobank melepaskan saham sebanyak 6,8 juta lembar. Bank Niaga, yang telah beroperasi sejak 1955, meluncurkan 5 juta lembar saham. Sementara itu, Bank Surya berada di urutan paling buncit dalam kategori jumlah saham yang ditawarkan, yaitu 4 juta lembar saham.
Dalam kompetisi tersebut, Lippo mengajukan penawaran harga sebesar Rp 15 ribu per lembar. Presiden Direktur Lippobank James Tjahaja Riady mengatakan persaingan dalam penawaran saham perdana tersebut membuat ia harus segera mengambil keputusan. “Melihat semakin sengitnya pertarungan, mau tidak mau, kami harus segera menentukan posisi dari sekarang. Mau jadi bank besar, sedang, atau kecil,” tuturnya.

Kompetitor terdekatnya, Bank Niaga, memasang harga Rp 12.500 per lembar saham. Presiden Direktur Bank Niaga Robby Djohan mengatakan harga yang ditawarkan tersebut sudah realistis dan mencerminkan kondisi perusahaan. “Kami tidak mau ikut-ikutan bank lain,” ucapnya. Ia juga mengatakan, apabila nanti kurs di pasar sekunder melonjak lebih tinggi, itu urusan pasar.

BII mematok harga yang lebih rendah dari kedua pesaingnya, hanya Rp 11 ribu per saham. Menurut Wakil Presiden Direktur BII Indra Widjaja, harga tersebut realistis untuk menarik minat pemodal di bursa saham. Indra mengatakan BII tengah berambisi untuk memberikan kredit lebih besar dan memproyeksikan labanya pada tahun mendatang, 1990, sebesar Rp 37,2 miliar. “Itu membutuhkan suntikan modal baru,” ujarnya. BII juga tengah berambisi untuk mendirikan 75 cabang baru pada 1990.

Sementara itu, Bank Surya menawarkan saham senilai Rp 7.500 per lembar dengan aset total sebesar Rp 94,3 miliar. “Kami tidak ada apa-apanya (dibanding tiga bank pesaing), tapi kami bank sehat,” kata Direktur Kredit Bank Surya Soejono A. Soekemi. Ia mengatakan tujuan Bank Surya melantai di bursa tak lain adalah untuk memperkuat struktur modal dan membuka 10 cabang baru. “Dengan modal tambahan, kami akan meraih nasabah yang lebih besar, dengan kredit maksimal Rp 2,5 miliar per nasabah,” tuturnya.

Keriuhan yang ditimbulkan dari aksi empat bank ini mulai terasa sejak Mei lalu (1989), ketika sekuritas kredit Bank Surya di bursa paralel Surabaya yang bernilai Rp 3 miliar laku keras diburu investor. Robby Djohan optimistis banyak investor lokal berduit tebal berminat pada saham keempat bank tersebut, khususnya saham Bank Niaga. Setali dua dengan BII, Indra Widjaja juga optimistis ribuan nasabah setia BII akan ramai memperebutkan saham BII. Tempo juga mendapatkan informasi dari sebuah sumber yang mengatakan beberapa yayasan dana pensiun sudah siap memborong saham keempat bank tersebut.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus