Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Etnis Cina Tak Perlu Dipersoalkan

29 April 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI seorang penganut agama Islam (agama yang kebetulan dianut mayoritas masyarakat kita), saya sedih dan prihatin mengetahui bahwa hingga kini eksistensi etnis Cina belum bisa diterima masyarakat kita apa adanya, sehingga masalah remeh-temeh seperti masalah bahasa dan nama asli Cina mereka masih saja kita persoalkan (rubrik Monitor TEMPO Edisi 29 Januari-4 Februari 2001). Dengan diterbitkannya Keppres No. 6/2000 untuk mencabut Inpres No. 14/1967 yang mengatur kepercayaan dan adat-istiadat Cina, hal remeh-temeh seperti itu sebenarnya tidak perlu dipersoalkan lagi.

Bertitik tolak dari inti ajaran Islam sendiri bahwa pada hakikatnya agama Islam itu diturunkan Allah di muka bumi ini untuk membawa rahmat bagi seluruh alam, sebagai umat Islam tentu kita seyogianya bisa menerima eksistensi makhluk manusia sebagaimana apa adanya, tanpa memandang dari etnis apa pun dia.

Padahal, kalau dipikir-pikir, Nabi sendiri pun menganjurkan agar kita menuntut ilmu sampai ke Negeri Cina. Itu pertanda bahwa Nabi tidak sedikit pun memiliki prasangka buruk terhadap etnis Cina. Saya kira, mumpung di negeri kita sendiri banyak masyarakat Cinanya, buat apa kita jauh-jauh merantau menuntut ilmu ke Negeri Cina. Lebih baik di negeri sendiri, kita gali dan kita cari tahu jurus-jurus ilmu apa yang menyebabkab etnis Cina umumnya jauh lebih unggul dan berhasil daripada kita. Apalagi, dalam dasawarsa akhir ini, arah kemajuan dan perkembangan iptek dan bisnis mulai bergeser ke kawasan Asia Timur, khususnya Cina, yang konon hampir mendekati kemajuan dunia Barat. Karena itu, tidak berlebihan jika Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc., pengamat bisnis dan kemasyarakatan, berpendapat bahwa bahasa Cina dengan sendirinya akan memiliki peranan yang penting dalam percaturan dunia bisnis di masa-masa mendatang.

Nah, jika sampai sekarang kita masih repot-repot mempersoalkan hal yang remeh-temeh seperti bahasa, nama, dan adat-istiadat etnis Cina, kapan lagi kita sempat mempersiapkan sumber daya manusia yang tangguh dan unggul dalam menyikapi era perdagangan bebas (AFTA 2003) yang penuh tantangan?

Jika dicermati lebih jauh, sebenarnya adanya perbedaan bangsa, suku, ras, dan sebagainya tidak lain adalah agar kita "kenal-mengenal" satu sama lain, serta Allah ingin mengetahui siapa di antara kita yang paling mulia dan bertakwa di sisi-Nya, sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS.49:13). Di antara kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang mengetahui (QS.30:22). Mengingat Mahakuasanya Allah swt., sebenarnya Dia bisa saja menjadikan kita semuanya satu umat, sebagaimana firman-Nya berikut ini: Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan kamu satu umat saja (QS.42:8).

Terakhir, tapi bukan berarti yang terkecil artinya, daripada kita repot-repot mempersoalkan remeh-temeh tentang etnis Cina yang memang tidak perlu dipersoalkan lagi, sekarang yang penting bagaimana upaya kita lebih meningkatkan sumber daya manusia kita agar bisa tampil sejajar dengan bangsa lain yang telah maju. Soalnya, betapa malu kita jadinya kelak kalau mempergunakan alat-alat canggih hasil rekayasa teknologi modern saja kita gamang dan tidak mengerti sama sekali. Apalagi konon untuk menciptakannya. Ya, betapa tidak?

ERWIN SIREGAR, S.H.
Jalan Brigjen Katamso Km 6 No. 41
Medan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus