Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada TEMPO Edisi 14 Mei 2000, dalam tulisan berjudul Kumbang di Sekitar Madu Wahid, tentang Suwondo, ada kalimat berbunyi ”Ia seorang Cina muslim…. …dialah Alof Agung Suwondo alias An Peng Sui”.
Kalimat itu menurut saya menunjukkan bahwa TEMPO telah memperlihatkan dirinya sebagai media yang tidak dewasa. Apakah Suwondo WNA? Mengapa ditulis Cina? Bukankah dia tinggal di Indonesia? Sampai kapan perpecahan di Indonesia berhenti kalau media massa mempergunakan ras sebagai bumbu pelengkap cerita?
Berbagai media kerap menuliskan etnis Cina sebagai WNI keturunan, Cina, atau orang Tionghoa. Namun, apabila menyangkut suku bangsa lain, hanya diberi kata-kata ”di darahnya mengalir darah Belanda, ayah/ibu dari Ceko, atau Indo.” Ironisnya, apabila ”anak tiri bangsa” ini menyumbangkan jasanya untuk Indonesia, misalnya di bidang bulu tangkis, tidak ada kata-kata ”Susi Susanti, WNI keturunan Cina, telah menyumbangkan emas Olimpiade”. Kalimat yang muncul: Susi Susanti, pahlawan bangsa, putra bangsa. Sebaliknya, jika ada segelintir anak tiri yang nakal, akan ditulis ”Bob Hasan, pengusaha Cina licik”.
Bagaimana kami bisa mencintai negeri yang memang negeri asli kami—karena kami lahir di sini—apabila selalu ditolak?
DEBBIE
WNI Keturunan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo