Keberatan film gelora pembangunan

Sudah lebih dari setahun, bila menonton film di gedung jaringan sinepleks, kita disuguhi film gelora pembangunan sebelum film utama main. Misalnya, soal swasembada beras, kegiatan PT Inka, dan Sepatu Cibaduyut. Saya sebetulnya sudah lama pula merasa "tidak tahan" dengan suguhan itu tapi saya diam saja. Tadinya saya mengira itu hanya akan berjalan sesaat, ternyata terus berlanjut hingga hari ini. Yang jadi ganjalan saya bukan isinya, bukan penyajiannya yang memang jelek secara sinematografi atau berulang-ulangnya sebuah tema diputar, tapi apa artinya pemutaran film-film itu. Sinepleks adalah gedung swasta, milik swasta, dan diperuntukkan seluruh warga negara. Saya sebagai penonton yang membayar memahami tontonan di dalam gedung bioskop sebagai kehidupan privat. Dengan diputarnya film-film gelora pembangunan, kehidupan privat saya telah dimasuki terlalu jauh. Sebab saya merasa dipaksa untuk menonton film tersebut. Kalau ulah swasta, ini bisa dianggap "gangguan" yang perlu dihilangkan. Kalau ulah pemerintah, saya mau bertanya: seberapa jauh sebetulnya istater boleh intervensi dalam kehidupan warga negaranya? Kalau memang mau mempromosikan pembangunan asal tahu saja cara semacam itu kurang elegan. Bisa-bisa malah merugikan! KEMALA ATMOJO Kompleks Perhubungan Udara Nomor 1 Jalan Pramuka Jakarta 10570