INI biro yang "lucu". Karena menurut catatan, laporan Indonsiana sebagian besar datang dari biro yang membawahkan Jawa Tengah & DIY ini. Bukan dari Jawa Timur, yang dikenal sebagai gudang pelawak dan kelompok penghibur seperti Srimulat Sampai-sampai, kami menjuluki biro yang punya 2 gubernur dan 4 raja itu (dua di Solo dan dua di Yogyakarta) sebagai "Biro Indonesiana". Salah satu wartawan kami yang nasibnya selalu diuntungkan oleh berita-berita Indonesiana ialah Slamet Subagyo, 33 tahun. Mantan asisten notaris dan pengacara di Purwokerto itu bergabung dengan TEMPO tahun 1983. Ia sangat rajin memonitor dan menggali cerita atau peristiwa lucu dari daerah -- terutama Banyumas. Wartawan kelahiran Majenang, Jawa Tengah, ini tak segan-segan suka menantang pembaca yang menyaksikan kisah di Indonesiana itu benar-benar terjadi. "Saya siap mengantar kalau ada yang mau bertemu sumber beritanya", katanya. Wartawan lama yang lain adalah Aries Margono, 33 tahun. Ia masuk TEMPO di Biro Yogya tahun :1980. Seperti Slamet. Aries adalah sarjana hukum dan pernah memimpin majalah Muhibah di kampusnya, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Untuk memonitor wilayah biro yang punya dua ibu kota provinsi itu, kami punya wartawan -- yang juga bergabung 1980 Bandelan Amarudin. Tugasnya menjaga Semarang dan Jawa Tengah bagian utara, bersama dua wartawan muda Heddy Lugito dan Nanik Ismiani. Dua yang disebut belakangan baru masuk TEMPO 1987. Ketiganya bermarkas di Semarang, yang di koordinasikan dari Yogya. Kami benar-benar menebar jaring liputan. Salah satunya adalah Kastoyo Ramelan. 40 tahun, untuk wilayah Surakarta. Bekas guru drama di sebuah SMA Solo ini mulai membantu TEMPO jauh hari sebelum Biro Yogya dibentuk. Kami menjulukinya abdi dalem. karena banyak beritanya yang khusus mengenai keraton (Kasunanan dan Mangkunegaran). Biro Yogya lahir 1978. Kepala biro pertama yang membidani lahirnya biro di satu rumah sumpek pada sebuah gang di Jalan Magelang adalah Putu Setia yang kini menjadi redaktur pelaksana di Jakarta. Sekarang kami sudah punya kantor di kawasan Kotabaru, Yogya. Tepatnya di Jalan Abubakar Ali. Kepala bironya adalah Syahril Chili. Ia wartawan TEMPO "asli Yogya" -- masuk TEMPO 1976 -- yang berasal dari Bengkulu. Untuk memperkuat ketenagaan di kantor pusatnya (Yogya). kami juga punya I Made Suarjana, 29 tahun. Wartawan muda kelahilan Gianyar, Bali, itu baru masuk TEMPO 1987. Sebelumnya ia adalah redaktur pelaksana koran setempat, Berita Nasional. Biro Yogyakarta sejak semula ditetapkan dengan sistem desentralisasi. Wartawan tidak dipusatkan di Yogya. Tiga "pintu" utama Jawa Tengah DIY yang dijaga ialah Yogya, Semarang, dan Solo. Namun, bila ada peristiwa penting, kami dengan cepat memanggil mereka ke kantor pusat untuk bekerja keroyokan. Beberapa berita yang pernah dikerjakan keroyokan semacam ini misalnya: kasus peledakan Borobudur, pemakaman Sultan HB IX, pelantikan HB X, dan terakhil Waduk Kedungombo. Biro Yogya paling banyak menyumbang untuk Laporan Utama di antara empat biro daerah lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini