Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DEMAM batu akik melanda siapa saja: tua, muda, pejabat, pelawak, sampai politikus. Batu akik juga punya nama yang menentukan harga, meski tak ada patokan untuk menentukan nilainya. Tak hanya sebagai estetika dan aksesori, batu akik kini juga menaikkan gengsi dan membangun relasi.
Abraham Lunggana
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta
POLITIKUS Partai Persatuan Pembangunan ini kian menyukai akik setelah dipengaruhi anaknya yang paham seluk-beluk pelbagai jenis batu ini. Akik pertama yang dimiliki politikus yang populer dipanggil Lulung ini jenis batu zamrud, yang ia beli Rp 150 ribu saat ia berusia 20 tahun pada 1979. Kini koleksinya antara lain black opal, cendana, katilayu, badar emas, dan spa kayu. Batu-batu itu ia beli dari harga Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu.
Cak Lontong
Pelawak
KOMEDIAN bernama asli Lies Hartono ini kolektor batu akik sejak kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya pada 1990-an. Sarjana teknik elektro angkatan 1989 itu punya langganan pedagang akik yang bisa memuaskan seleranya pada akik yang motif dan teksturnya kasar. Batu favoritnya pirus Persia dan Yaman cobong, yang ia beli Rp 7 juta.
Indra Jaya Piliang
Politikus Golkar
KETUA Staf Ahli Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ini menjadi kolektor batu sejak muda. Koleksinya beragam. Dari junjung derajat, blue Borneo, anggur spiritus, safir biru, hingga zamrud. Giok dan junjung derajat yang paling ia suka. "Giok dari Bau-bau dipakai jika menghadiri acar resmi, junjung derajat jika santai," katanya. Harga batu-batu itu, menurut dia, tak lebih dari Rp 800 ribu.
Agus Santoso
Wakil Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
JAUH sebelum demam batu akik, Agus sudah menjadi kolektor batu semimulia ini. Jenisnya beraneka. Ada pusar bumi, klawing, mata dewa, pancawarna, hingga edong Garut. Batu favoritnya adalah Yaman dan baron merah dari Pacitan, Jawa Timur. Baron merah menjadi koleksi Agus paling mahal karena dibeli Rp 1 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo