Jumat pekan silam adalah puncak kesibukan di Jalan Proklamasi. Kami tengah menyelesaikan dua edisi sekaligus: satu edisi reguler yang tengah Anda nikmati hari ini, dan satu lagi Edisi Khusus Pemilihan Presiden yang akan Anda nikmati Rabu pekan ini. Di tengah kesibukan itu, tiba-tiba sebuah berita gembira meluncur: rekan kami, Nezar Patria, berhasil meraih Southeast Asia IFJ Journalism for Tolerance Award atas tulisannya yang berjudul May 1998, The Razing of Jakarta, yang dimuat di rubrik Investigasi TEMPO Edisi Khusus Reformasi, Mei 2003. Lomba ini diadakan setiap tahun oleh International Federation of Journalists (IFJ), sebuah organisasi wartawan internasional. Dari 128 peserta yang dinilai oleh lima orang juri (Malaysia, Indonesia, Kamboja, dan Filipina), tiga artikel keluar sebagai finalis lomba ini, yakni: tulisan Nezar Patria, Karaniya Dharmasaputra, A Life Snatched Away (TEMPO Edisi Khusus Reformasi, Mei 2003), dan Jose Torres Jr. (Filipina), Troubled Return of the Faithful (ABS-CBN Interactive, April-Juni 2003).
Tulisan Nezar keluar sebagai pemenang tahun 2004 karena menurut juri tulisan ini berhasil menunjukkan ?meski peristiwanya sudah terjadi lima tahun silam, masih banyak pertanyaan tentang siapa yang berada di balik kerusuhan itu dan siapa yang harus bertanggung jawab?.
Kemenangan Nezar ini juga berarti kemenangan bagi Tim Investigasi TEMPO, yang tahun lalu dipimpin oleh Karaniya Dharmasaputra dan yang juga bertugas menyunting tulisan Nezar. Dan tentu saja ini kemenangan besar bagi TEMPO sebagai institusi yang selalu saja ditunjang oleh adik terkasih Tempo Newsroom, yang juga tergabung dalam tim ini. Nezar, 34 tahun, memang pantas mendapat penghargaan itu karena pengalaman hidupnya yang luar biasa. Bergabung dengan Tempo Interaktif tahun 2000 silam, Nezar sebelumnya adalah salah satu aktivis yang pernah diculik di masa Orde Baru. Setelah bergabung dengan Koran Tempo dan akhirnya mendarat di Majalah TEMPO, Nezar selalu menjadi tiang bagi tim investigasi kami bukan hanya karena keberaniannya memburu berita di kawasan konflik Aceh, tetapi juga karena dia selalu mampu menjaga jarak dan tetap jernih dengan setiap sumber. Ketika kami tengah ketar-ketir saat Nezar masuk dalam tim negosiasi pelepasan Ferry Santoro dari GAM?dan sempat pula ?tertahan? satu malam sebagai jaminan?Nezar malah santai karena merasa ?ditahan? di tanah airnya sendiri, karena dia kelahiran Sigli.
Berita kemenangan Nezar ini kemudian disusul dengan berita kemenangan pada hari yang sama. Rekan kami, Dwi Wiyana, Kepala Biro Bandung Tempo Newsroom, juga berhasil meraih Journalism Award 2004 dari Yayasan Cinta Anak Bangsa dan United Nations Information Centre atas tulisannya berjudul Di Rumah Cemara Menanti Waktu. Tulisan yang dimuat di Majalah TEMPO pada 8 Desember 2003 ini menang untuk kategori tulisan feature lokal.
Hari Jumat yang sibuk itu menjadi begitu cerah dan menggelegak. Darah kami kembali mengalir deras. Dengan penuh semangat, kami menyelesaikan deadline kami agar Anda segera menikmati majalah ini tepat waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini