Koreksi Tulisan TEMPO (II)

DALAM tulisan di Majalah TEMPO Edisi 29 Januari-4 Februari 2001, yang mengetengahkan peristiwa seputar G30S, terdapat beberapa kesalahan yang berkaitan dengan jabatan militer saat itu. Omar Dani, misalnya, disebutkan sebagai mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), padahal yang benar adalah Panglima Angkatan Udara (Pangau). Namun, karena jabatan pucuk pimpinan angkatan waktu itu setingkat menteri, sebutan lengkapnya adalah Men/Pangau. Untuk Ahmad Yani, sebutannya Men/Pangad (Menteri/Panglima Angkatan Darat), bukan KSAD seperti sekarang. Jenderal A.H. Nasution ketika itu menduduki jabatan Menko Hankam/Kasab (Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata), sehingga dia tidak memiliki wewenang komando karena bukan Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) seperti sekarang. Pada masa itu justru pucuk pimpinan angkatan masing-masing disebut panglima yang memiliki wewenang komando, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa Pak Nas ketika itu ?ditendang ke atas.? Pada halaman 61 juga terbaca, ?...pada 31 September sore.?? Ternyata, setelah saya cek, September hanya sampai tanggal 30, tidak ada tanggal 31 September. Tambahan informasi buat para peneliti masalah G30S, dua batalyon yang didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur (Yon 454 dan Yon 530) berada di bawah komando Kostrad. Panglimanya adalah Mayjen Soeharto. Kedua batalyon ini didatangkan ke Jakarta oleh Kostrad untuk peringatan 5 Oktober, tapi kemudian kedua batalyon inilah yang menjadi ?tulang punggung? G30S-PKI, selain pasukan Cakrabhirawa. Menariknya lagi, Letkol Untung, yang merupakan tokoh kunci peristiwa tersebut, ternyata pernah bertugas di Yon 454, lalu ditugasi ke Irianjaya serta memperoleh bintang sakti dalam penugasan itu. Ketika Letkol Untung menikah, Mayjen Soeharto menyempatkan diri untuk hadir. C.M. ACHADIAT Rejomulyo, Kediri Terima kasih atas koreksi Anda. Soal 31 September, itu sudah kami koreksi pada TEMPO Edisi 5-11 Februari 2001?Red.