Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DALAM informasi yang diberitakan media massa disebutkan bahwa lingkungan di Tropodo dan sekitarnya tercemar dioksin dari pembakaran plastik yang dijadikan bahan bakar puluhan pabrik tahu. Sebagian masyarakat tidak tahu bahwa membakar plastik justru akan menyebabkan udara dan lingkungan tercemar racun dari bahan kimia plastik yang terbakar.
Sampah plastik ada di mana-mana. Setiap awal musim hujan, sungai-sungai di Jakarta dan sekitarnya dipenuhi sampah plastik. Setiap tahun, jumlah sampah plastik di Indonesia mencapai 7,2 juta ton. Padahal plastik memiliki rantai karbon yang panjang sehingga sulit terurai oleh mikroorganisme. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menyatakan Indonesia sedang dalam darurat sampah plastik.
Kondisi itu diperparah oleh pengelolaan sampah plastik yang masih buruk. Berdasarkan data Sustainable Waste Indonesia, hanya 10 persen sampah plastik yang dapat didaur ulang. Artinya, sebanyak 90 persen sampah berakhir di tempat pembuangan akhir atau berserakan di lingkungan atau dibakar.
Sampah plastik juga mencemari lautan kita. Berdasarkan riset Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, Amerika Serikat, sebanyak 0,48-1,29 juta ton sampah plastik per tahun mencemari laut Indonesia. Angka itu menjadikan Indonesia sebagai negara nomor dua, setelah Cina, dalam soal pencemaran laut oleh sampah plastik.
Sampah plastik adalah persoalan kita bersama dan mesti diselesaikan secara bersama-sama. Pemerintah mesti segera membuat kebijakan pengendalian penggunaan plastik sekaligus sarana daur ulang hingga ke tingkat daerah. Industri dan pelaku usaha yang menggunakan plastik sebagai kemasan produk juga harus bertanggung jawab terhadap sampah plastik mereka.
Untuk seluruh masyarakat, mari kita mulai lebih bijak dalam menggunakan plastik. Hindari penggunaan plastik sekali pakai dan perbanyak bank plastik di setiap lingkungan. Plastik yang terkumpul di bank sampah itu bisa dijual untuk didaur ulang. Mari, jangan lagi membiasakan membuang sampah plastik sembarangan ataupun membakarnya. Semoga persoalan sampah plastik ini lekas teratasi sehingga lingkungan kita menjadi lebih sehat.
Yekthi H.M.
Ciputat, Tangerang Selatan, Banten
Distribusi Barang JNE
SEKITAR dua pekan lalu, seorang customer service (CS) JNE menghubungi saya. Intinya, ia hendak menarik barang yang saya terima lima hari sebelumnya. Saya menjelaskan bahwa saya tidak pernah meminta barang ditarik. Saya juga menjelaskan bahwa toko online tempat saya membeli barang itu tidak pernah meminta penarikan barang.
CS tersebut terdengar kebingungan karena dua kali meminta saya menahan telepon saat ia bertanya kepada rekannya. Setelah saya jelaskan berkali-kali, barulah ia paham dan membatalkan penarikan barang. Tapi tak lama kemudian ada lagi CS JNE yang menghubungi saya dan bermaksud menarik barang. Saya kembali menjelaskan panjang-lebar hingga akhirnya dia paham dan membatalkan upaya penarikan barang.
Pengiriman barang yang saya beli ini memang tidak mulus. Barang itu saya terima terlambat hampir lima hari karena dua kali salah rute dan sempat didiamkan selama beberapa hari setelah diketahui salah rute. Saya sempat mengirim komplain via Twitter ke JNE yang dijawab dengan sangat normatif.
Setelah barang akhirnya tiba, pihak JNE justru meminta penarikan tanpa kejelasan siapa yang mengajukan permintaan itu. Meski akhirnya masalah bisa diselesaikan, saya berharap peristiwa ini tidak terulang.
Dini Pramita
Lenteng Agung, Jakarta Selatan
REDAKSI Tempo telah menghubungi kantor pusat JNE untuk meminta tanggapan mengenai keluhan ini. Pihak customer service JNE menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan dalam pelayanan pengiriman. JNE akan menghubungi pelanggan terkait untuk meminta maaf dan menjelaskan persoalan yang dikeluhkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo