Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Meninggal dunia

Singgih, pensiunan pejabat di sekneg (1975), meninggal dunia di rs pertamina, akibat penyakit jantung. namanya terukir dalam sejarah kelahiran r.i. ia tokoh penculikan soekarno-hatta ke rengasdengklok.

27 Oktober 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Singgih, 70 tahun, Kamis sore pekan lalu, berpulang ke rahmatullah. Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta, akibat penyakit jantung. Esoknya, almarhum dimakamkan di pemakaman keluarga keturunan Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. Ia meninggalkan seorang istri, lima anak, dan tujuh cucu. Rabu malam sebelumnya, tatkala segenap keluarga sedang melakukan pengajian, tutur Nyonya Singgih, 63 tahun, almarhum masih asyik membaca koran di kamarnya. Mendadak dari dalam kamar, Singgih memanggil pelan istrinya. Ia mengaku merasa seperti masuk angin. Nyonya Singgih pun mengurut sang suami, dan menempeli botol berisi air panas di dekat ulu hatinya. Singgih rupanya sudah tak tahan. Ia meminta agar anak-anak berkumpul untuk diberi wejangan. Setelah itu, anak bungsunya, dr. Heru Mahendrata, menyarankan agar Singgih segera dibawa ke RS Pertamina. Di rumah sakit, Singgih sempat menjalani operasi kecil dan dipasangi alat pacu jantung. Kamis siang, kata si istri, debar jantungnya sudah membaik dan teratur. Sampai pukul 15.30, Singgih kembali terengah-engah. Sekitar sejam kemudian, ia mengembuskan napas terakhir. Singgih, pensiunan pejabat di Sekneg (1975) berpangkat mayor, memang telah pergi. Tapi namanya tetap terukir indah dalam sejarah kelahiran negara Republik Indonesia. Dialah syodanco (letnan satu) Singgih, tokoh yang sering disebut-sebut orang -- kendati jarang terdengar suaranya -- dalam peristiwa bersejarah, penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Bersama sejumlah pemuda, yang dipimpin Sukarni, Singgih ditugasi selaku eksekutor penculikan ketua pimpinan negara itu pada fajar hari, 16 Agustus 1945. Hasilnya, keesokan harinya, kemerdekaan bangsa dan rakyat Indonesia diproklamasikan. Singgih, anggota Peta Jakarta, kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi cudanco (kapten).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus