NI POLLOK 68, janda pelukis terkenal Le Mayeur, meninggal dunia. Ahad pekan lalu. Seminggu kemudian jenazahnya dibakar di Desa Klandis, Denpasar, kampung kelahirannya. Ni Pollok. seorang wanita Bali yang menempuh hidup unik. Sebagai penari legong di Banjar Klandis, ia bertemu pertama kalinya dengan Le Mayeur ketika menari di sebuah pura. Ketika itu usia Pollok 15 tahun. dan Le Mayeur memintanya bersedia menjadi model lukisan. Ni Nyoman Pollok, yang buta huruf itu, menyanggupi. Penari ini ternyata memikat hati si pelukis.Setelah tiga tahun bekerja sama, tahun 1935 Ni Pollok berubah status: ia jadi istri Le Mayeur. Sejak perkawinan itulah, Le Mayeur mendidik PoDok bahasa asing. belajar berhitung, dan pengetahuan lainnya. Bahkan Ni Pollok diajaknya ke Belgia, menemui keluarga Le Mayeur. "Ia suamiku, majikanku, guruku," pengakuan Ni Pollok. Le Mayeur meninggal dunia di Belgia 31 Mei 1958 dalam usia 78 tahun. Ia tak meninggalkan keturunan bersama Pollok, tetapi mewariskan puluhan lukisan yang tetap disimpan Pollok. Lukisan itu tetap tergantung di rumahnya, pantai Sanur. Rumah dan lukisan itu dijadikan museum Ni Pollok. Inilah cerita kecintaan Pollok terhadap karya suaminya. Dua lukisan Le Mayeur pernah dipinjam untuk menghias Istana Tampaksiring, guna menghormat tamu negara dari India. Presiden Soekarno rupanya berkenan dengan lukisan itu dan memerintahkan supaya dibeli saja. Pollok bingung karena ia tak pernah menjual karya suaminya. Ketika Soekarno - lewat perantara - memaksa Pollok memberi harga, janda ini berkata. "Saya tak bisa memberi harga. Berilah saya pengganti berupa apa saja yang sekiranya bisa dipakai jaminan hidup." Presiden Soekamo, yang semula menyanggupi, ternyata "lupa" memenuhi permintaan Pollok. sampai pemerintahan Orde Lama jatuh. Itulah satu dari banyak kisah Ni Pollok yang diceritakan Yati Maryati Wiharja. dalam bukunya Ni Pollok. Kini, semuanya telah tiada: Le Mayeur. Ni Pollok dan juga Yati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini