Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Menwa Ganti Wajah Saja

Meski cuma selisih tipis, lebih banyak responden berpendapat bahwa resimen mahasiswa sebaiknya dibubarkan saja

11 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTI semut merubung nasi, ratusan mahasiswa berkumpul di lapangan parkir Monas, Jakarta, Sabtu dua pekan silam. Berbeda dari biasanya, sekumpulan mahasiswa itu tidak berteriak-teriak beringas sambil mengusung spanduk berisi slogan. Sebaliknya, mereka berbaris tertib dan rapi, berdiri tegak sempurna seperti layaknya militer berupacara.

Begitulah suasana apel akbar anggota resimen mahasiswa (menwa) pelbagai perguruan tinggi di Jakarta. Mereka menyatakan sikap menentang pembubaran menwa. Mereka juga menuntut agar keberadaan menwa tetap dipertahankan, direevaluasi, dan diredefinisi, serta tidak menutup kemungkinan atribut menwa akan diganti.

Apel akbar merupakan buntut dari polemik pembubaran menwa yang telah bergaung selama sebulan terakhir. Tentu saja, seperti isu lain, seperti kasus Buloggate, orang ramai menanggapi. Ada yang setuju, ada pula yang tidak. Para mahasiswa di IAIN Semarang termasuk yang setuju terhadap pembubaran menwa. Keputusan itu diperoleh melalui referendum mengenai perlunya menwa di kampus, medio Mei. Mahasiswa IAIN itu juga meminta pemerintah segera mencabut Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri tentang Penggunaan dan Pembinaan Menwa dalam Bela Negara atau Ketertiban Umum, yang selama ini menjadi landasan hukum keberadaan menwa. Hasil referendum itu didukung DPRD Jawa Tengah.

Pemerintah sendiri akhirnya setuju mencabut SKB itu setelah Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin bertemu Menteri Pertahanan Yuwono Sudarsono, 25 Mei silam. Meskipun demikian, tidak secara otomatis ”tentara kampus” itu lantas ikut bubar. Anggotanya terang-terangan memamerkan sikap resistensi. Menyusul keputusan mencabut SKB itu, sejumlah anggota menwa di pelbagai perguruan tinggi di pelbagai kota melakukan unjuk rasa menentang pembubaran organisasi mereka, seperti yang ditunjukkan pada apel akbar di Monas itu.

Jajak pendapat TEMPO memperlihatkan sikap yang hampir seimbang antara yang setuju dan tidak setuju menwa dibubarkan. Responden—mahasiswa Jakarta yang di kampusnya ada kegiatan menwa—yang setuju beralasan bahwa kehadiran menwa sudah tidak relevan dengan keadaan dan tuntutan reformasi yang mengutamakan sipil di atas militer. Selain itu, responden juga melihat menwa lebih banyak mendatangkan masalah internal di kampus. Pendapat ini agaknya dipengaruhi oleh terjadinya beberapa insiden yang melibatkan menwa, misalnya aksi pemukulan mahasiswa oleh anggota menwa di kampus IAIN Semarang, yang mendorong lahirnya referendum itu.

Sementara itu, responden yang tidak setuju menwa dibubarkan punya argumen sendiri. ”Kami dapat melatih kedisiplinan, kekompakan, dan jiwa karsa,” kata Suprayadi, anggota menwa Universitas Tarumanegara, Jakarta. SKB Tiga Menteri juga tak perlu dicabut, menurut mahasiswa kedokteran semester akhir ini, melainkan hanya perlu diperbaiki, terutama tentang peran menwa dalam keamanan dan sistem komandonya.

Pendapat tersebut didukung Rektor Institut Teknologi Bandung, Prof. Ir. Lily Hendrajaya. Kepada Tempo Interaktif, Hendrajaya mengatakan selama ini keberadaan menwa di kampusnya tidak bermasalah. Karena itu, ITB tidak melihat alasan menwa harus dihapus. ITB justru akan menjadikan menwa sebagai satu unit kegiatan kampus, sebagai wahana pendidikan bela negara dengan latihan keprajuritan yang utuh, tidak setengah-setengah seperti sekarang. Institut ini menginginkan menwa, kelak, menjadi semacam Reserved Officer Training Corps (ROTC) di Amerika. Di situ mereka akan mendapat pendidikan militer secara utuh dengan penjenjangan yang jelas sehingga lulusannya bisa disetarakan dengan lulusan akademi militer. Adapun keanggotaannya secara sukarela.

Walhasil, menwa tampaknya perlu ganti wajah.

Wicaksono


Apakah menwa masih diperlukan sebagai penjaga ketertiban dan keamanan kampus?
Ya42%
Tidak56%
Tidak tahu2%
Bagaimana pendapat Anda dengan pernyataan bahwa kehadiran menwa lebih merupakan representasi kepentingan negara (militer) ketimbang kepentingan kampus atau mahasiswa sendiri?
Setuju48%
Tidak setuju52%
 
Apakah menwa perlu dibubarkan?
Ya51%
Tidak48%
Tidak tahu1%
 
Bila ya, mengapa Anda mengatakan demikian? (multiple)
Kehadiran menwa sudah tidak relevan dengan keadaan dan tuntutan reformasi59%
Menwa lebih banyak mendatangkan masalah internal di kampus44%
Menwa sering menimbulkan kekacauan di kampus17%
Maksud dan tujuannya tidak jelas12%
Membuat dirinya seperti TNI7%
 
Bila tidak, mengapa Anda mengatakan demikian? (multiple)
Dapat menjadi salah satu aktivitas di kampus50%
Menwa dapat ikut menjaga keamanan dan ketertiban di kampus49%
Dapat menjadi ajang pelatihan disiplin bagi mahasiswa46%
Hak yang sama sebagai salah satu unit kegiatan mahasiswa5%
 
Apakah pemerintah perlu mencabut SKB Tiga Menteri tentang Penggunaan dan Pembinaan Menwa dalam Bela Negara atau Ketertiban Umum?
Ya55%
Tidak44%
Tidak tahu1%
 
Siapakah yang seharusnya menjaga keamanan dan ketertiban di dalam kampus?
Satpam65%
Semua mahasiswa24%
Menwa20%
Semua yang terlibat dalam kegiatan kampus14%
Polisi kampus 11%
 

Metodologi jajak pendapat :

  • Jajak pendapat ini dilakukan oleh Majalah TEMPO bekerja sama dengan Insight. Pengumpulan data dilakukan terhadap 518 mahasiswa pada 24-30 Mei 2000. Metode sampling dilakukan dengan memilih beberapa universitas di lima wilayah DKI dengan syarat universitas yang bersangkutan memiliki kegiatan menwa. Di setiap universitas tersebut responden dipilih secara acak dengan kuota 20 persen anggota menwa dan 80 persen bukan anggota menwa untuk mendapat gambaran yang cukup mewakili pendapat mahasiswa secara keseluruhan. Wawancara dilakukan di tempat tinggal mahasiswa yang telah dipilih dan dilakukan dengan metode tatap muka langsung. Tingkat kesalahan penarikan sampel (sampling error) diperkirakan 6-7 persen.

    MONITOR juga ditayangkan dalam SEPUTAR INDONESIA setiap hari Minggu pukul 18.00 WIB

    Independent Market Research
    Tel: 5711740-41, 5703844-45 Fax: 5704974

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum