SAYA pembaca setia TEMPO selama 12 tahun terakhir. Belakangan ini, saya kecewa dengan kebijakan TEMPO baru.
Secara utuh, pemberitaan TEMPO saat ini cenderung partisan dan pola penulisannya berat sebelah. Contohnya (meski dengan cara persuasif halus), polling TEMPO yang terbaru jelas-jelas memojokkan Gus Dur karena opsi yang dibuat adalah tentang siapa pengganti Gus Dur.
Untuk itu, saran saya, pertama, wartawan seharusnya tak hanya berkutat dalam gedung-gedung formal (seperti parlemen hasil pemilu transisi). Wartawan TEMPO perlu lebih merakyat sehingga tidak gagap dalam memotret fenomena di kalangan akar rumput. Sebab, saya pun yang jauh di Kupang, Nusatenggara Timur, bisa membaca pesan di balik tulisan para wartawan (yang katanya profesional dan anti-kekerasan). Kedua, jika ingin mengambil sikap dan mempengaruhi massa rakyat secara riil, janganlah bermain di bidang media, tapi masuklah partai politik. Maksudnya agar pembagian fungsi dalam sistem demokrasi yang khas Indonesia ini dapat lebih beradab di kemudian hari. Saat ini kan pers tak lagi ditekan, lantas buat apa rekan-rekan yang memiliki political interest tertentu masih bertahan di jalur media?
Ketiga, saya rindu untuk membaca majalah sekelas TEMPO seperti dulu (mungkin romantisisme). Pertanyaannya: masihkah idealisme jurnalis?model Amerika atau Jerman?itu ada di TEMPO sekarang?
DOMINGGUS ELCID LI
Jalan Supul II/3 Blok 1 Perumnas Kupang
Nusatenggara Timur
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini