Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Minta Kompensasi Jepang

16 November 1998 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Kalimantan Barat, pada 1942-1945, tercatat sedikitnya 21.000 nyawa tewas oleh balatentara Jepang. Dan pembunuhan yang dikenal dengan istilah "penyungkupan" atau penyembelihan massal itu resmi ada di museum Jepang. Dari puluhan ribu korban di Kalimantan ini, di antaranya terdapat dua orang sultan (Syarif Muhammad Alkadrie dan Ibrahim Mulya Tsafiuddin, masing-masing sultan Pontianak dan Sambas), para panembahan atau raja (di antaranya Gusti Abdulhamid Panembahan Kerajaan Landak Ngabang) beserta anak dan kaum kerabatnya. Juga tak sedikit tokoh politisi pergerakan kebangsaan seperti Gusti Sulung Lelanang dan Ya’M Sabran. Akibat pembunuhan itu Kalimantan Barat telah kehilangan satu generasi terbaiknya. Namun, terhadap semua itu, tak ada ganti rugi dari pihak Jepang. Ganti rugi yang dimaksud tentu saja tidak sekadar berupa uang, yang lebih penting rehabilitasi secara fisik, mental, dan sosial. Bangsa Jepang harus meminta maaf dan menyesal serta mengakui kesalahannya. Syafaruddin Usman M.H.D. (Ahli waris korban) Jalan Imam Bonjol, Gg. Bansir III/101 B Kodya Pontianak 78124

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus