Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Anda, apakah mobil dinas seharga Rp 1,3 miliar pantas digunakan oleh para menteri?
|
||
Ya | ||
16,15% | 310 | |
Tidak | ||
81,98% | 1.574 | |
Tidak Tahu | ||
1,88% | 36 | |
Total | 100% | 1.920 |
PARA menteri kabinet Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono memperoleh mobil dinas baru, Toyota Crown Royal Saloon, yang kelasnya di atas mobil kabinet sebelumnya, Toyota Camry. Di Jepang, harga Crown Royal berkisar Rp 452-584 juta, sedangkan Camry Rp 300-320 juta. Di Indonesia, Royal Saloon menjadi sekitar Rp 1,3 miliar. ”Lebih sunyi, lebih senyap,” Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti M. Hatta mengomentari kendaraan dinasnya.
Ketika mulai memerintah pada 2004, Yudhoyono memilih Camry. Menteri-Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra ketika itu beralasan Camry lebih murah daripada Volvo S80, kendaraan kabinet sebelumnya seharga Rp 700 jutaan. Mayoritas pembaca Tempo Interaktif dalam jajak pendapat pada 30 Desember 2009-6 Januari 2010 menilai para menteri itu tidak pantas mendapat fasilitas mobil mewah.
Komentar:
Kemewahan yang ditampilkan para menteri sudah pasti melahirkan sinisme di kalangan rakyat miskin.
(Fahmi Rinaldi, Jakarta)
Luar biasa banyak yang kita selamatkan dari kemiskinan jika uang tersebut dipinjamkan kepada rakyat kecil tanpa bunga.
(Juniadi, Tarakan)
Saya harap semua mobil menteri dengan harga per unit Rp 1,3 miliar itu dijual dan uangnya dihibahkan kepada rakyat miskin atau pengangguran.
(Henry Djohan, Bandung)
Mungkin kita harus belajar kepada Malaysia, para pejabatnya diharuskan menggunakan mobil Proton atau produk anak bangsa. Harganya tidak lebih dari Rp 200 juta.
(Muliyadi, Bandung)
Indikator Pekan Ini PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono pekan lalu melantik tiga wakil menteri dan sekretaris kabinet, yaitu Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, dan Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Lukita Dinarsyah Tuwo. Namun banyak kalangan menilai posisi wakil menteri tidak ada urgensinya. Direktur Econit Advisory Group Hendri Saparini menegaskan posisi wakil menteri hanya akan membuat anggaran belanja negara membengkak. Menurut dia, ketimbang membentuk jabatan wakil menteri, pemerintah sebaiknya memberdayakan dan memperkuat peran pejabat setingkat direktur jenderal serta deputi. Menurut Anda, apakah jabatan wakil menteri diperlukan?Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo