PEMBONGKARAN tempat pemakaman di Jalan Tanah Abang I, ternyata
memberi anugerah tambahan khazanah benda-benda berharga buat
Dinas Museum DKI. Sebab ternyata dari 8200 kuburan yang harus
dibongkar (dimulai sejak pertenganan Nopember tahun lalu dan
kini masih berlangsung) dan harus dipindahkan ke pekuburan Tanah
Kusir, 15 pekuburan di antaranya menurut Suyadi dari Bagian
Urusan Sqarah/Pengumpulan Data Dinas Museum DKI, "mempunyai
kaitan sejarah dengan negara kita dan bentuk bangunannya berciri
arsitektur yang cukup klasik yaitu sekitar abad ke-19". Selain
itu juga batu-batu nisan, patung marmer, pagar dan lain-lain
yang beraneka ragam yang merupakan dekorasi makam, perlu
diselamatkan dan diminta tetap berada di sana dengan utuh dengan
alasan yang sama. Jumlahnya sekitar 100-an.
Ke-15 kuburan tersebut memang punya nilai sejarah karena
kerangka-kerangka yang tersimpan di sana berasal dari
orang-orang yang semasa hidupnya punya nama terkenal. Misalnya
nama Marianni Raffles, isteri Gubernur Jenderal Inggeris yang
meninggal tahun 1814. Tentunya sang nyonya punya peranan penting
di samping suaminya, yang bagi Suyadi masih "dikumpulkan
data-datanya". Lalu Jenderal Mayor Kohler, Panglima Perang
Belanda dalam Perang Aceh tahun 1873. Lainnya lagi Anton
Yosephus Coen, ahli musik -- kabarnya sering diziarahi
penyanyi-penyanyi tenar -- dan ahli-ahli sejarah F. Stuterheim
dan Dr. Jan Laurens Andrie Brandes. Juga nama F.N. Nieuwenhuyzen
tokoh pengadilan Hindia Belanda dan bahkan tokoh seniman
panggung Miss Ribut terselip di antara kuburan-kuburan yang
harus hijrah dari pemakaman Tanah Abang I. Kabarnya kuburan
Belanda ini termasuk nomor wahid, hingga banyak pembesar Belanda
dari luar Batavia, misalnya Residen Pasuruan, ada yang dikubur
di sana. Rata-rata makam-makam itu berkurun waktu abad ke-19.
Akan Dikumpulkan
Sudah tentu kesemuanya termasuk tokoh-tokoh penjajah dan sama
sekali tak punya sangkut paut dengan sejarah kepahlawanan
nasional. Atau walaupun punya karir yang ada kaitannya dengan
kehidupan bangsa Indonesia. Seperti Miss Ribut tampaknya bukan
karena aspirasi kebangsaan Indonesia. "Memang betul mereka
tokoh-tokoh Belanda. Tapi bukankah mereka juga bisa merupakan
bukti bahwa bangsa kita adalah bangsa yang gagah berani dan tak
mau tunduk begitu saja kepada mereka. Bahkan bisa menewaskan
mereka hingga terpaksa dikubur di sini?", ujar Suyadii. Meski
tentu saja tak semua: Tapi contoh yang jelas ialah Jenderal
Kohler yang kabarnya mati dalam peperangan melawan anak-anak
tanah Rencong. Dan beberapa kuburan yang disebut "kuburan
tangsi", Suyadi sendiri belum mengerti maksudnya, diperkirakan
merupakan kuburan serdadu Belanda yang tewas dalam perang Aceh
juga -- karena batu-batu nisan mereka dikenal sebagai "batu
Aceh".
Akan halnya nisan-nisan, patung-patung marmer, pagar dan
model-model bangunan suci seperti gereja, agaknya sayang bila
harus dihancurkan atau dibuang. Patung Jesus, malaikat,
kanak-kanak dan perempuan suci Maria dengan tingkah macam-macam,
boleh jadi punya arti tertentu dihubungkan dengan jenazah yang
terpendam di bawahnya. "Patung-patungnya terbuat dari marmer
Itali. Dilihat type dan modelnya mungkin buatan pabrik yang
sama. Dan semuanya mencerminkan perkembangan arsitektur Eropa
abad ke-19", tutur Suyadi. "Karena itu menarik buat disimpan.
Dan nantinya bisa dikembangkan dan jadi bahan perbandingan
perkembangan arsitektur nisan-nisan dan dekorasi makam. Juga
direncanakan makam-makam bersejarah yang terserak dan kena
bongkar lainnya akan dikumpulkan di sini".
Untuk maksud itu di bekas pemakaman akan dibangun museum terbuka
-- dalam bentuk plaza. Intinya tentu saja ke-15 makam itu.
Hingga makam-makam yang bertebaran akan dipindahkan ke sana.
Maka kelak di bekas pemakaman yang luasnya 8 Ha itu, selain
kolam renang, puskesmas dan perkantoran pemerintah DKI, akan
terdapat tempat rekreasi berupa makam-makam dengan aneka
dekorasinya. Kapan pelaksanaan pembangunannya belum didapat
kabar yang pasti. Yang pasti: "akan kita atur dengan modus
tertentu yang menarik dan tak akan mengingatkan orang pada
perasaan seram atau takut berjalan-jalan di kuburan", tukas Drs.
Nammang Pacellengi, Kepala Urusan Sejarah Dinas Museum DKI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini