Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Museum eks kuburan

Pekuburan belanda di jalan tanah abang i jakarta dipindah ke tanah kusir. kecuali 15 makam dinilai memliki kaitan sejarah & ciri arsitektur abad ke- 19. akan dibangun museum terbuka. (ils)

17 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBONGKARAN tempat pemakaman di Jalan Tanah Abang I, ternyata memberi anugerah tambahan khazanah benda-benda berharga buat Dinas Museum DKI. Sebab ternyata dari 8200 kuburan yang harus dibongkar (dimulai sejak pertenganan Nopember tahun lalu dan kini masih berlangsung) dan harus dipindahkan ke pekuburan Tanah Kusir, 15 pekuburan di antaranya menurut Suyadi dari Bagian Urusan Sqarah/Pengumpulan Data Dinas Museum DKI, "mempunyai kaitan sejarah dengan negara kita dan bentuk bangunannya berciri arsitektur yang cukup klasik yaitu sekitar abad ke-19". Selain itu juga batu-batu nisan, patung marmer, pagar dan lain-lain yang beraneka ragam yang merupakan dekorasi makam, perlu diselamatkan dan diminta tetap berada di sana dengan utuh dengan alasan yang sama. Jumlahnya sekitar 100-an. Ke-15 kuburan tersebut memang punya nilai sejarah karena kerangka-kerangka yang tersimpan di sana berasal dari orang-orang yang semasa hidupnya punya nama terkenal. Misalnya nama Marianni Raffles, isteri Gubernur Jenderal Inggeris yang meninggal tahun 1814. Tentunya sang nyonya punya peranan penting di samping suaminya, yang bagi Suyadi masih "dikumpulkan data-datanya". Lalu Jenderal Mayor Kohler, Panglima Perang Belanda dalam Perang Aceh tahun 1873. Lainnya lagi Anton Yosephus Coen, ahli musik -- kabarnya sering diziarahi penyanyi-penyanyi tenar -- dan ahli-ahli sejarah F. Stuterheim dan Dr. Jan Laurens Andrie Brandes. Juga nama F.N. Nieuwenhuyzen tokoh pengadilan Hindia Belanda dan bahkan tokoh seniman panggung Miss Ribut terselip di antara kuburan-kuburan yang harus hijrah dari pemakaman Tanah Abang I. Kabarnya kuburan Belanda ini termasuk nomor wahid, hingga banyak pembesar Belanda dari luar Batavia, misalnya Residen Pasuruan, ada yang dikubur di sana. Rata-rata makam-makam itu berkurun waktu abad ke-19. Akan Dikumpulkan Sudah tentu kesemuanya termasuk tokoh-tokoh penjajah dan sama sekali tak punya sangkut paut dengan sejarah kepahlawanan nasional. Atau walaupun punya karir yang ada kaitannya dengan kehidupan bangsa Indonesia. Seperti Miss Ribut tampaknya bukan karena aspirasi kebangsaan Indonesia. "Memang betul mereka tokoh-tokoh Belanda. Tapi bukankah mereka juga bisa merupakan bukti bahwa bangsa kita adalah bangsa yang gagah berani dan tak mau tunduk begitu saja kepada mereka. Bahkan bisa menewaskan mereka hingga terpaksa dikubur di sini?", ujar Suyadii. Meski tentu saja tak semua: Tapi contoh yang jelas ialah Jenderal Kohler yang kabarnya mati dalam peperangan melawan anak-anak tanah Rencong. Dan beberapa kuburan yang disebut "kuburan tangsi", Suyadi sendiri belum mengerti maksudnya, diperkirakan merupakan kuburan serdadu Belanda yang tewas dalam perang Aceh juga -- karena batu-batu nisan mereka dikenal sebagai "batu Aceh". Akan halnya nisan-nisan, patung-patung marmer, pagar dan model-model bangunan suci seperti gereja, agaknya sayang bila harus dihancurkan atau dibuang. Patung Jesus, malaikat, kanak-kanak dan perempuan suci Maria dengan tingkah macam-macam, boleh jadi punya arti tertentu dihubungkan dengan jenazah yang terpendam di bawahnya. "Patung-patungnya terbuat dari marmer Itali. Dilihat type dan modelnya mungkin buatan pabrik yang sama. Dan semuanya mencerminkan perkembangan arsitektur Eropa abad ke-19", tutur Suyadi. "Karena itu menarik buat disimpan. Dan nantinya bisa dikembangkan dan jadi bahan perbandingan perkembangan arsitektur nisan-nisan dan dekorasi makam. Juga direncanakan makam-makam bersejarah yang terserak dan kena bongkar lainnya akan dikumpulkan di sini". Untuk maksud itu di bekas pemakaman akan dibangun museum terbuka -- dalam bentuk plaza. Intinya tentu saja ke-15 makam itu. Hingga makam-makam yang bertebaran akan dipindahkan ke sana. Maka kelak di bekas pemakaman yang luasnya 8 Ha itu, selain kolam renang, puskesmas dan perkantoran pemerintah DKI, akan terdapat tempat rekreasi berupa makam-makam dengan aneka dekorasinya. Kapan pelaksanaan pembangunannya belum didapat kabar yang pasti. Yang pasti: "akan kita atur dengan modus tertentu yang menarik dan tak akan mengingatkan orang pada perasaan seram atau takut berjalan-jalan di kuburan", tukas Drs. Nammang Pacellengi, Kepala Urusan Sejarah Dinas Museum DKI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus