Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Museum wayang dki baru sekadar wadah

22 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam tulisan "Kakayon Rintisan Sang Guru Besar" (TEMPO, 27 Juni 1992, Seni) terdapat kesalahan. Di situ disebutkan bahwa Wayang Golek Kanton hadiah dari Bapak H. Boediardjo. Yang benar adalah wayang itu titipan dari H. Boediardjo. Jadi bukan hadiah. Sebab koleksi Meseum Wayang sebagian besar milik Yayasan Nawangi yang diketuai oleh H. Boediardjo. Pada tulisan itu juga disebutkan bahwa Wayang Golek Kanton kotor dan beruban. Itu benar, sebab koleksi itu sudah ratusan tahun sehingga warnanya berubah. Meskipun sudah dibersihkan berulang kali, warnanya tetap tidak berubah. Mungkin kalau direndam dalam air panas dan dicuci dengan rinso akan bersih, tapi akibatnya tahu sendiri. Untuk mengganti kain dan menyemir rambut harus seizin Bapak Boediardjo. Sebab, penggantian kain sutera dari Kanton tidaklah mudah. Sebaiknya Museum Wayang DKI Jakarta tidak dibandingkan dengan museum milik Dr. Sujono. Sebab, Museum Dr. Sujono dibangun memang khusus untuk museum dengan biaya tak terbatas, sehingga sesuai dengan selera pemiliknya. Menurut Dr. Sujono, dalam membangun museum wayang ini, ia mendapat inspirasi ketika berkunjung ke Eropa. Ketika itu ia ditanyai tentang wayang, yang kurang dipahaminya. Maka, sekembali dari Eropa, ia lalu membangun gedung khusus untuk museum wayang pada tanah yang cukup luas dengan pohonpohon rindang di sebelah tenggara Yogyakarta. Lain halnya dengan Museum Wayang DKI Jakarta yang hanya memanfaatkan gedung tua bekas peninggalan Belanda. Di situ untuk mengatur display dengan fitrin yang ada memang sulit. Jika pengaturannya disesuaikan dengan disain ruangan, fitrin yang sudah ada terpaksa dibongkar dan diganti dengan yang baru. Bila itu dilaksanakan, maka Dinas Museum DKI Jakarta lebih dulu mengajukan program kepada Bapeda DKI Jakarta. Museum Wayang DKI Jakarta memang belum dapat disebut sebagai museum seutuhnya. Untuk itu harus memenuhi kriteria: ada ruang konservasi, ruang pergelaran (khusus museum wayang), ruang kantor, ruang sovenir, ruang pendidikan, ruang pegawai, gudang tempat menyimpan koleksi, dan sebagainya. Museum ini baru merupakan wadah untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia. DRS H. SUTARDJO Kepala Museum Wayang DKI Jalan Pintu Besar Utara 27 Jakarta Barat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus