Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ORANG boleh bilang: Apalah artinya sebuah nama. Tapi, bagi kami nama itu penting sekali, baik nama pribadi maupun nama lembaga. Apalagi, akhir-akhir ini, banyak sekali orang yang mencatut nama wartawan kami maupun TEMPO. Reporter Budi Kusumah, yang sering meliput masalah-masalah ekonomi dan bisnis, misalnya, beberapakah ditolak oleh sumber berita, yang merasa sudah diwawancarai oleh yang bersangkutan. Akibatnya, kami terpaksa tak bisa menggali permasalahan lebih dalam, dan kadang kala membuat berita menjadi tak imbang. Pencatutan nama tak cuma dilakukan orang-orang yang tak bertanggung jawab dalam soal pencarian berita. Tapi juga untuk kepentingan bisnis pribadi. Minggu lalu, misalnya, seorang mengaku bernama "Budi Kusumah" menghubungi PT. Coca-Cola Indonesia, dan menawarkan jasa kerja sama dengan meminta imbalan tertentu. Untung, PT CCI segera mengontak Budi Kusumah yang asli, sehingga hal-hal yang tak diinginkan bisa dihindarkan. Siapakah sesungguhnya orang yang mengaku sebagai "Budi Kusumah" itu? PT CCI, yang kami minta bantuan untuk "menahan" orang itu, ternyata tak pernah dihubungi lagi setelah kontak pertama itu. Diduga orang yang sama yang minta waktu untuk "berwawancara" dengan Direktur PT Tebet Indraya, perusahaan yang mengelola toko swalayan. Untung, salah seorang staf perusahaan itu mencoba mengontak kami, sehingga "Budi Kusumah" tersebut tak jadi beraksi. Adalah nama Budi Kusumah pula yang dicatut orang dalam dua kali jumpa pers di Departemen Penerangan. Mengapa nama Budi Kusumah? Hanya pelaku yang tahu. Barangkali, nama-nama lain juga sering dicatut oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Tapi tak ketahuan, karena tak ada yang melaporkannya. Kasus pencatutan nama wartawan kami dan nama TEMPO tak cuma terjadi di Jakarta. Juga di daerah-daerah. Bahkan, harian Sinar Pembangunan, terbitan Medan, edisi 21 Januari 1988, menulis berita tentang seorang tersangka pelaku kejahatan yang mengaku sebagai wartawan TEMPO ketika ditangkap polisi di kompleks pelacuran Pulau Sicanang. Diduga tersangka, seperti juga diperklrakan aparat keamanan yang menangani perkara ini, membawa-bawa nama TEMPO agar lolos dari keroyokan massa dan tangkapan polisi. Itulah sebagian kasus pencatutan nama wartawan kami dan lembaga TEMPO yang dilaporkan kepada kami. Kami yakin kasus pencatutan nama yang tidak disampaikan sumber kepada kami lebih banyak. Maka, kami berkewajiban mengimbau Anda, agar tak terkecoh oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab itu, untuk meminta kartu tanda pengenal dari mereka yang mengaku wartawan TEMPO, baik asli, apalagi yang gadungan, yang mengontak Anda untuk keperluan wawancara atau "urusan lain". Kalau ada keragu-raguan pada Anda mengenai wartawan kami, tapi Anda sungkan untuk mengecek tanda pengenalnya, silakan hubungi kantor kami: di Jakarta, Medan, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Tanpa bantuan dan kerja sama Anda, kasus pencatutan nama, yang tak hanya bisa merugikan kami, tapi juga Anda, sulit untuk kita berantas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo