SAYA seorang ibu rumah tangga, mengikuti kursus desain interior di Pendidikan Desain Jakarta, Juli 2000. Saya mendaftar di kawasan Mampangprapatan, Jakarta Selatan, dengan membayar Rp 150.000. Kekurangannya sebesar Rp 1,5 juta saya lunasi beberapa waktu kemudian.
Ketika kursus dimulai, lokasi dipindah ke area Indonesian Bazaar di Hotel Hilton Jakarta, dengan pemberitahuan lewat telepon. Kursus baru berjalan sebulan, tiba-tiba guru Interior Design berhenti, dan kursus sempat diliburkan 2 minggu. Setelah ada guru pengganti, kursus berjalan kembali. Tetapi baru 6 kali pertemuan (3 minggu), kursus kembali diliburkan karena lokasi akan pindah. Setelah saya menunggu selama 5 minggu, tidak ada kabar berita sama sekali dari pihak penyelenggara. Padahal, total waktu kursus yang baru saya jalani adalah 14 kali pertemuan (7 minggu)—berarti masih tersisa 10 kali pertemuan (5 minggu).
Sejak kursus dimulai, saya memang curiga dengan cara pengelolaannya yang amburadul. Kelas untuk fashion, grafik, interior, dan aksesori dijadikan satu ruangan. Guru yang mengajar saya pun bertugas rangkap sebagai administrasi dan sebagainya, sehingga pada saat mengajar sering disibukkan dengan berbagai hal di luar pelajaran. Yang lebih kasihan lagi, teman saya yang mengikuti kursus fashion. Baru berjalan sebulan, guru fashionnya berhenti dan sampai hari ini tidak ada kabar berita dari pihak penyelenggara kursus, padahal teman saya juga telah membayar lunas biaya kursus.
Saya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak termakan iklan PDJ (Pendidikan Desain Jakarta), yang sama sekali tidak bertanggung jawab. Saya benar-benar merasa dipermainkan dan dirugikan dengan PDJ.
ALMA AZHARI
Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini