Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada TEMPO Edisi 2-8 Oktober 2000, halaman 67, rubrik Selingan, yang berjudul Pengungsi, Manusia tanpa Pilihan, tanpa Masa Depan, disebutkan bahwa pemukiman kembali para pengungsi akibat pertikaian suku Madura-Dayak di Sambas, Kalimantan Barat, pada 1998, bahkan belum tuntas hingga kini.
Berita tersebut perlu ditinjau ulang. Dari mana sumber informasi itu diperoleh? Padahal pertikaian tersebut terjadi antara etnis Madura dan Melayu, bukan Madura dan Dayak. Berita ini hendaknya diluruskan kembali, karena sangat berarti bagi masyarakat, apalagi kalau demi kepentingan sejarah. Jangan sampai fakta yang sebenarnya diputarbalikkan.
Demikian juga tulisan pada halaman 72, yang judul Membuat Perahu Sambil Berlayar. Pada paragraf kedua disebutkan: Sementara itu, masyarakat Sambas yang sebagian besar orang Dayak tak bersedia menerima mereka (Madura) kembali.
Menurut saya, bukan hanya orang Dayak di Sambas yang tidak menerima mereka (Madura), bahkan juga etnis lainnya yang lebih dominan di daerah Sambas (suku Melayu Sambas), yang menentang dengan keras dan tidak menginginkan saudara kita (Madura) kembali ke Sambas.
YANTO
Pontianak, Kalimantan Barat
Tulisan tersebut berdasarkan laporan koresponden TEMPO di Pontianak—Red.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo