Tulisan "Surat Hijau untuk Try" (TEMPO, 21 November 1992), Nasional ada sedikit kesalahan. Untuk itu, saya perlu meluruskan berita tersebut. 1. Kami tidak pernah berniat melakukan kebulatan tekad untuk mencalonkan Jenderal Try Sutrisno sebagai wakil presiden. Karena itu, pernyataan yang mengatakan bahwa kami gagal membuat kebulatan tekad tidak benar sama sekali. Di samping kami tidak ingin, juga kami sangat menghargai dan menghormati acara yang dilangsungkan oleh Pangdam V Brawijaya berupa silaturrahmi Jenderal Try dengan ulama-ulama Jawa Timur. 2. Usulan kami bukan mengatasnamakan atau mewakili ulama Jawa Timur, tapi atas nama LPLI Sunan Ampel yang ditandatangani oleh dua orang, yakni saya sendiri selaku ketua dan K.H. Misbach sebagai komisaris dewan penyantun. Tapi usulan kami ungkapkan setelah mempertimbangkan dan merekam suara-suara yang beredar, khususnya di kalangan tokoh-tokoh utama Jawa Timur tentang calon wakil presiden. Justru setelah kami mengusulkan nama Jenderal Try, kami memberikan keleluasaan seluas-luasnya kepada ulama untuk menilainya, cocok atau tidak terhadap tokoh yang kami pilih itu. Setuju atau tidak setuju itu hak mereka untuk menilainya. Sebenarnya, usulan itu bukan hal yang luar biasa, tetapi karena dimuat secara besarbesaran di koran-koran besar Jawa Timur, dan waktunya bertepatan menjelang silaturahmi Jenderal Try dengan ulamaulama Jawa Timur, berita itu menjadi luar biasa. 3. Terhadap pernyataan K.H. Wahid Zaini yang menyatakan bahwa langkah yang kami tempuh itu tidak etis, karena itu bukan cara ulama, saya tidak mau berkomentar. Hanya, saya ingin kapan-kapan "nyantri" di pondok pesantren milik K.H. Wahid Zaini untuk belajar masalah etika. DR. SALEH ALDJUFRI LPLI Sunan Ampel Jalan Perak Barat 237 Surabaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini