Dalam tulisan "Secangkir Kafein Buat Stroke" (TEMPO, 1 Juni 1991, Kesehatan) ada tiga buah pernyataan, yang bila tidak diralat atau dijelaskan secukupnya bisa menyebabkan pembaca mengambil langkah keliru. Di situ tertulis bahwa seseorang yang tensinya 200/110 dan di waktu tidur turun menjadi 140/90 dapat meminum secangkir kopi sebelum tidur. Hal ini kurang tepat. Yang kedua adalah bahwa tekanan darah menurun, atau tiba-tiba meninggi, merupakan risiko utama. Hal ini juga kurang tepat karena keduanya (tekanan darah menurun cepat seperti dalam tidur atau naik tiba-tiba seperti mengangkat badan, marah, atau kegiatan seksual) adalah pencetus atau trigger factor (TF) stroke, bukan faktor risiko. Tensi yang turun merupakan salah satu TF bagi nonhemorhagic stroke (sumbatan pembuluh darah otak, suatu jenis stroke yang timbulnya pada waktu subuh), sedangkan tensi yang tiba-tiba meninggi adalah TF bagi hemorhagic stroke (pendarahan otak akibat pecahnya pembuluh darah yang memang sudah "keropos" oleh TF bertahun-tahun, yang terjadi justru di siang hari sewaktu aktivitas fisik pada puncaknya, dan bukan pada pagi atau subuh sewaktu tekanan darah menurun, suhu darah terendah, kekentalan darah tertinggi, dan denyut jantung terendah seperti nonhemorhagic stroke). Yang terakhir adalah perlunya dicatat bahwa kafein dituding sebagai penyebab naiknya kolesterol darah penderita dislipidemia atau borderline dislipidemia, sehingga secara tak langsung memperbanyak atau memperberat TF untuk stroke. DR. MARLI MARDIONO Staf Pengajar Neurologi FKUI-RSCM Jakarta * Terima kasih atas penjelasan Anda.- Red.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini