Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Percayakah Anda kepolisian akan mampu mengungkap kasus kematian Munir? (3 - 10 Desember 2004) | ||
Setuju | ![]() | |
11.20% | 28 | |
Tidak | ![]() | |
82.40% | 206 | |
Tidak tahu | ![]() | |
6.40% | 16 | |
Total | 100% | 250 |
Banyak pihak yang tak yakin polisi akan mampu mengungkap pelaku atas kematian aktivis hak asasi manusia Munir yang diracun di pesawat. Ketidakyakinan itu menguat setelah masyarakat menyaksikan bagaimana kepolisian Indonesia mengirim delegasi penyidik ke Belanda untuk menindaklanjuti hasil otopsi kematian Munir. ”Delegasi yang dikirim tidak dibekali dengan baik. Jangankan berbahasa Belanda, bahasa Inggris saja tidak bisa. Bagaimana bisa berkomunikasi dengan mereka,” kata Salim Said, pengamat militer.
Belum lagi, kepergian delegasi tersebut tanpa mandat. Akibatnya, mereka terkatung-katung selama seminggu. Dua soal ini menunjukkan betapa kepolisian sepertinya tak terlalu serius menangani kasus ini. Polisi memang sudah memeriksa puluhan saksi, mulai dari istri Munir, Suciwati, hingga kru pesawat Garuda yang membawa Munir ke Amsterdam. ”Tapi, polisi belum menetapkan siapa tersangka dalam kasus ini,” kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Suyitno Landung.
Itu sebabnya, sejumlah tokoh lembaga swadaya masyarakat dan organisasi sosial keagamaan membentuk tim independen untuk menyelidiki kasus ini dan mengusulkannya kepada presiden.
Hasil jajak pendapat Tempo Interaktif menunjukkan mayoritas responden memang tidak percaya kepolisian akan mampu mengungkap kasus kematian Munir. Sunandar Sukoto, responden asal Jakarta, misalnya, mengatakan sebenarnya Kepolisian RI cukup berbobot, tapi mereka enggan menyelesaikan kasus ini. ”Kasus Munir adalah kasus besar. Sebenarnya Kepolisian RI berpeluang menggunakan kasus ini untuk membersihkan citranya yang selama ini tidak selalu positif,” ujarnya.
Meski demikian, Salim mengajak semua kalangan supaya tetap mempercayakan pada polisi untuk mengungkap kasus tersebut. ”Dengan segala keterbatasannya, kita tetap harus mempercayakan pada polisi untuk mengungkap pembunuh Munir itu,” ujarnya.
Indikator Pekan Ini:Abdurrahman Wahid menyatakan siap membentuk Nahdlatul Ulama (NU) baru setelah Hasyim Muzadi terpilih sebagai Ketua Tanfidziyah dalam Muktamar NU ke-21 di Boyolali, 2 Desember lalu. Kubu Gus Dur mengaku beberapa cabang NU sudah menyatakan bersedia mendukung niat Gus Dur itu. Ide Gus Dur ini mendapat berbagai tanggapan dari beberapa kiai. Pemimpin Pesantren Langitan, K.H. Abdullah Faqih, menyatakan tidak setuju dengan rencana tersebut karena akan membingungkan warga nahdliyin. Sikap Kiai Faqih berbeda dengan sikap putranya, K.H. Ubaidillah Faqih, yang cenderung sejalan dengan Gus Dur. Sementara itu, Hasyim Muzadi menolak mengomentari usulan muktamar luar biasa. ”Terserah yang tidak mau menerima. Kewajiban kami adalah melaksanakan amanat muktamar,” ujarnya. Yakinkah Anda akan muncul organisasi Nahdlatul Ulama (NU) baru sebagaimana yang direncanakan Abdurrahman Wahid? Kami tunggu tanggapan Anda di www.tempointeraktif.com |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo