Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Musyawarah Nasional Golkar ke-4, tahun 1988, di Balai Sidang Senayan belum dimulai. Tapi para undangan sudah memberikan ucapan selamat kepada Rachmat Witoelar, Freddy Latumahina, dan Haji Tarmoedji. Meski Ketua Dewan Pembina Golkar Soeharto belum memberikan keputusan, bisa dipastikan nama Rachmat dkk. tercantum di antara 17 pengurus DPP Golkar untuk periode 1988-1993.
Masuknya nama mereka adalah hasil kesepakatan ”tiga jalur”. Inilah julukan bagi tiga pilar utama Golkar, yaitu jalur A (ABRI) diwakili Kepala Staf Kekaryaan Hankam, jalur B alias jalur Beringin oleh pimpinan Korps Karyawan Departemen Dalam Negeri, dan jalur G (Golkar) oleh orang yang diutus DPP Sekretaris Bersama Golkar.
Tapi di atas tiga jalur tadi, ada kekuasaan yang lebih kuat: jajaran Dewan Pembina yang dipimpin langsung Presiden Soeharto. Tanpa restu Soeharto, siapa pun mustahil terpilih sebagai pengurus harian, apalagi sebagai Ketua Umum Golkar.
Itulah Golkar di masa lalu. Kini, ”tiga jalur” itu tidak ada lagi. Juga tak ada lagi Dewan Pembinayang sangat menentukan.
Dalam Musyawarah Nasional Partai Golkar yang berlangsung pekan ini, para kandidat akan bertarung bebas, sama-sama mengadu lobi dan tentu saja kemampuan memberikan ”gizi” bagi para peserta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo