EMPAT peragawati dengan kain kebaya gaya baru ciptaan Ibu Sud,
keluar dari sela-sela sekat. Pembawa acara Branti Ellison sampai
kehabisan kata-kata untuk mengomentari apa yang mereka kenakan.
Sudah disebut semua, tapi jalan lenggang-lenggok itu belum juga
habis. Setelah itu keluar rombongan gadis-gadis berbaju panjang
putih bak pengantin, dipoles dempul kecantikan yang cukup tebal.
Di tangan mereka sekuntum bunga buatan. Eh, yang dipamerkan
bukan baju atau si gadis. Tapi tataan rambut.
Hari Busana ini dimaksud untuk merayakan HUT PAPMI (Persatuan
Ahli Perancang Mode Indonesia) yang keenam. Tidak kurang 500
model baju dipamerkan. Baik yang betul-betul baru ataupun yang
dipinjam dulu dari beberapa nyonya gede, yang memesan baju dari
beberapa perancang mode. Ada terasa campur aduknya berbagai
penonjolan
Yang dipamerkan bukan saja karya-karya perancang mode, tapi juga
dari para tukang jahit pakaian lelaki -- seperti jas potongan
biasa atau model Safari. Tahun lalu, ketika PAPMI mengadakan
rapatnya di Cibulan, Ir. Martono Sumodinoto yang jadi Ketua ada
berkata: "PAPMI adalah organisasi swasta yang menunjang industri
kecil, industri rumah". Mungkin karena inilah PAPMI jadi memilih
untuk tidak hanya mengagungkan mode-modean, meskipun namanya
masih perancang mode. Bukan saja pabrik jeans turut serta jadi
anggota PAPMI sekarang, tapi juga keahlian ukir-ukiran sayuran
atau buah dari Rieka Hartono yang juga turut meramaikan HUT.
"Wah, kita ini sudah kerepotan ngurus PAPMI", ujar Tati Purnomo,
yang bersama Elsa Iskandar memang menjadi dukun bayinya
perkumpulan itu. "Apalagi sekarang PAPMI disuruh Pak Ali Sadikin
mengurus pemilihan None dan Abang Jakarte". Perhimpunan Ahli
Kecantikan Widjaya Kesuma dan Ikatan Ahli Penata Rambut
Indonesia juga menggabungkan diri dengan PAPMI. Juga beberapa
perancang perhiasan, sepatu dan topi. Disamping itu PAPMI juga
mengurus sekolah peragawati dan jahit menjahit yang baru
didirikannya.
Adapun acara HUT itu sendiri memang cukup urakan. Memamerkan
tatarias yang "oriental," yang Jawa, yang "fantasia" atau yang
lain, masih terhitung biasa. Tapi ada juga acara menyulap wanita
umur 18 tahun jadi 81 tahun (dan bukan sebaliknya). "Ini sebagai
selingan saudara-saudara", kata pembawa acara. Malam harinya
keluar lagi lelucon lain: seorang gadis mengenakan topi pet,
celana Bermuda, dan bagian atasnya penutup dada gaya Bikini.
Sedikit sempoyongan, di tangannya sebatang rokok yang rajin
sekali dikepul-kepulkannya. Pembawa acara memberi komentar:
"Ini hippy yang lagi fly."
Di Manila, setiap hari ada pameran pakaian di tiga hotel besar.
Sehingga wartawan-wartawan penulis mode kehabisan fantasi untuk
menulis laporan. Tidak jarang pula mereka lari ke hotel lain
kalau makanan (bukan peragaannya) tidak sesuai dengan selera.
Tapi PAPMI dengan keenam cabangnya (minus Bandung dan Yogya
tidak muncul) rasanya telah mengadakan pameran pakaian yang
bukan main. Sehari semalam. Mulai pagi dalam acara minum kopi
makan siang, sampai makan malam. Walhasil, banyak pakaian
dikeluarkan secara ulang biarpun persatuan swasta ini dengan
setumpuk sponsor untuk HUT-nya) berhasil merayakannya di tempat
elite-nya Jakarta: Hotel Hilton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini