KAISAR Lie Sie-bin -- menurut catatan sejarah - memerintah
Tiongkok dari tahun 627 sampai 649 Masehi. Yang berkuasa waktu
itu, dinasti Tang. Di zaman dinasti Tang ini, yang berlangsung
sekitar 300 tahun lamanya, terkenal akan hasil kesenian dan
kesusasteraannya. Cerita Sie Djin Kwie lahir di zaman ini. Sie
Djin Kwie, adalah cerita seorang ienderal yang gigih melawan
ketidak beresan, misalnya korupsi. Cerita yang kini dijadikan
komik ini, hingga sekarang masih digemari.
Syahdan pada suatu hari, kaisar telah tertidur selama tiga hari
tiga malam. Dalam tidurnya, beliau bermimpi panjang sekali.
Seseorang yang bermuka suram telah menjemput sang kaisar. Dia
ini adalah penjaga akherat (orang Cina percaya, bahwa akherat
itu tempatnya di bawah tanah).
Berikut ini, perjalanan sang kaisar di akherat, yang kalau waktu
sekarang ini sama dengan buku yang lagi jadi bacaan orang banyak
yang berjudul: Life After Life.
Tangkwe Dan Semangka
Lie Siebin kemudian dibawa ke sebuah ruangan yang besar dan
megah. Dinding ruangan berukiran naga indah sekali, ubin
mengkilat dan di ujung ruangan yang tampaknya lebih dimuliakan
duduk sepuluh orang dengan pa kaian kebesaran. Mereka adalah
para Hakim Akherat Yang Terhormat. Suasana yang serba megah itu,
membuat Lie kemudian duduk bersimpuh di hadapan para hakim.
Giam Lo-ong - demikian salah seorang hakim tersebut -- terkenal
sebagai hakim yang bertindak tegas, tidak pandang bulu, jujur,
apalagi melakukan pungli: terang dia tidak doyan. Giam Loong
inilah yang kemudian tarik suara: "Hai Lie Sie-bin, sudah berapa
lam ikamu memerintah di dunia?". Lie denan suara gemetar
menjawab: "Sudah 1 tahun Yang Mulia." Sidang akherat diskors
beberapa menit, karena para hakim akan berunding sejenak.
Perundingan selesai, kemudian berkata lagi Giam Lo-ong:, "Baik.
Kamu harus kembali lagi ke dunia dan memerintah lagi selama 20
tahun." Rupanya Lie Siebin korban salah ciduk. Kemungkinan
besar, malaikat juru cabut nyawa ada sedikit kisruh dalam
melakukan tugasnya, karena para hakim belum menghendaki nyawa
Lie Sielim Sambung Giam Loong lai: "Tapi karena kamu sudah
terlanjur di sini, kamu boleh melihat-lihat keadaan di sini."
Lie menjadi normal kembali nyalinya, sehingga dia memberanikan
diri untuk bertanya kepada para hakim: "Apakah Yang Mulia ada
pesan-pesan untuk dunia?. "Hmn, ya ada," jawab hakim yang
lain. "Kami sangat senang sekali makan buah semangka dan manisan
tangkwe." Manisan tangkue adalah labu air yang dikeringkan dan
dijadikan manisan. Segera Lie menjawab lagi sambil bersembah:
"Baik, Paduka Yang Mulia. Nanti akan hamba kirimkan."
Rupanya, semangka dan labu air sulit tumbuh di Akherat,
sementara para penghuninya gemar sekali memakannya. Sejak saat
itu, Lie -- setelah dia kembali ke dunia - dari waktu ke waktu
selalu mengekspor sem.ngka dan tangkwe ke akherat. Dan sejak
itu pulalah, hingga kini, dalam upacara sembal yang pemakaman
Cina, selalu tidak lupa menyertakan semangka dan manisan tangkwe
sebagai sesaji.
Anjangsana Lie di akherat dilanjutkan. Sampailah kaisar di
tempat penyiksaan. Jumlah ruang penyiksaan ada 1 buah,
masing-masing menurut macamnya siksaan. Juga tergantung dari
macam dosa manusia yang dia lakukan di dunia. Ada pesakitan yang
ditarik lidahnya, kemudian dimasukkan ke dalam minyak mendidih.
Dosa dan kelakuannya di dunia untuk hukuman macam ini: selalu
bermuka manis (terutama pada boss atau orang yang dituju karena
ada maksud) tetapi hatinya selalu penuh kebusukan. Pesakitan
yang lain lagi: kulitnya disayat-sayat dan tulangtulangnya
dipatah-patahkan. Ketika hidup di dunia hobinya: tidak jujur dan
korupsi lagi. Dan, macam-macam siksaan lagi, pokoknya sesuai
dengan kelakuan dia di dunia.
Tukang Tahu Hsiang Liang
Dan tibalah Lie ke sebuah tempat untuk orang yang meninggal
dengan masih menyisakan rasa penasaran. Tempat tersebut letaknya
di kota Wang Tsu Tstien. Ada orang yang tanpa kepala, tapi
masih hidup. Ada yang hidup dalam kemiskinan yang papa dan
kelaparan yang menggigit. Mereka ini, semasa hidupnya kabarnya
begitu rakus akan harta benda dan tidak pernah bisa merasakan
bahwa tetangga atau teman baiknya membutuhkan makanan atau uang
sementara miliknya melimpah. Orang yang serakah dan tidak
dermawan pula.
Sayup-sayup di kota Wang Tsu Tsuen itu, Lie merldengar ada
beberapa orang yang memanggil namanya. Lie menghentikan
langkahnya. Tergetar hatinya. Petugas akherat yang mengawal Lie
berkata, kalau saja Lie mau mengulurkan tangannya dan memberi
mereka bantuan, mereka tidak sengsara lagi di neraka. Dan siapa
mereka? Oh, bekas anak buah Lie. Bagaimana ujud bantuan?
Sementara Lie sendiri datang tanpa membawa harta atau uang
sepeserpun. Petuas neraka kemudian berkata: "Ada caranya,
Kaisar." Dia kemudian menyarankan agar kaisar mencari seseorang
di negerinya. Namanya Hsiang Liang tinggal di kota Kai-fang,
propinsi Hunan. Hsiang masih hidup, tapi hartanya di akherat ini
sudah 13 gudang penuh. "Bisa dengan jaminan saya," kata petugas
lagi, asal Lie berjanji nanti sekembalinya di dunia, dia
membayar kepada Hsiang Liang. Maka dipinjamlah segudang penuh
emas dan perak. Barang itu kemudian dibagi-bagikan kepada anak
buah Lie yang menderita sengsara di kerak akherat.
Tiga hari tiga malam Lie menadakan kunjungan kerja di akherat,
di pintu kota, telah tersedia seekor kuda untuk kendaraan Lie
kembali ke dunia. Begitu tubuhnya berada di punggung kuda, kuda
sembrani itupun melesat cepat membawanya ke dunia kembali. Saat
itulah permaisuri dan orang-orang Istana mendapatkan Lie siuman
kembali. Kaisar telah hidup kembali, panjanglah usia Kaisar!'
Begitu rakyat mengelu-elukan Lie.
Kaisar kemudian memerintahkan Perdana Menterinya untuk mencari
orang yang bernama Hsiang Liang, sekaligus membayar hutang Lie
segudang emas dan perak. Rombongan yang dipimpin oleh Perdana
Menteri itu kemudian berangkat. Dan betul saja, Hsiang Liang
bisa ditemukan di kota Kai-fang di propinsi Hunan. Hsiang
ternyata cuma seorang tukang tahu dan hidup dalam kemiskinan.
Hsiang yang berhati baik dan jujur ini, seringkali membakar
kertas berwarna menyerupai emas dan perak, manakala dia mengaso.
Sejak saat itu, setiap tahun, Lie mengadakan sembahyang besar
untuk memperingati anak buahnya yang telah gugur. Hingga kini,
masyarakat Tionghoa kemudian memperingatinya sebagai sembahyang
cioko, yang jatuh pada tanggal 15 bulan 8 tanggalan Imlek.
Tidak lupa, sesaji dalam sembahyangan itu dilengkapi pula buah
semangka dan manisan tangkwe. Bukan pungli, tapi unjuk hormat
untuk Yang Mulia Para Hakim di akherat. Dan macam-macam
perlengkapan lainnya. Ada lembaraul-lembaran yang berupa uang
yang tampaknya sekilas seperti sungguhan. Dalam lembaranitu ada
tertulis: heaenbanknote, currency for the otherworld - uang
kertas sorga, mata uang untuk dunia lain. Di kanan kiri lembaran
tersebut ada tertera lagi jumlah angka 5 dengan nol tujuh buah
banyaknya. Kemudian ada gambar ukuran dada dari salah seorang
"Menteri Keuangan Akherat". Tulisan-tulisan lainnya, banyak,
tapi cuma bisa dibaca oleh orang yang mengerti huruf Cina.
Ada pula surat permohonan ampun. Bentuknya lebih lebar dari pada
uang akherat itu. Warnanya kuning, dalam garis lingkar dan
persegi panjang, penuh oleh tulisan bentuk huruf Cina. Di
beberapa sudutnya, ada lambang ,kembang teratai. Mereka yang
takut menerima risiko dosanya di dunia dan takut akan siksaan
neraka, kabarnya bisa minta ampun asal membawa kertas kuning
ini.
Perlengkapan ini biasa dibakar oleh keluarga yang masih hidup,
bersamaan tubuh si mati dikremasi. Atau di hari ketika dia
dikubur. Dari itu, "entar kalau mati, biar nggak nyusahin anak
cucu, gua pesen aja sekarang." Ini ucapan seorang kakek kepada
Bachrun Suwatdi dari TEMPO. Umur si kakek sudah 70 tahun. Dia
siap sudah, tapi rupanya belum mendapat giliran untuk dipanggil.
Sambil menaikkan kakinya sebelah, berkipas-kipas sementara
celana komprang dan kaos oblong longgar bergoyan-goyang, si
kakek mengaku telah membeli perlengkapan sembahyang cioko.
Supaya tidak menyusahkan yang masih hidup, demikian sekali lagi
dia menekankan.
Bekal banyak ragam untuk orang mati ini namanya Kocoa. Artinya
kertas yang direkat, dibentuk dalam bentu tertutup.
Pesan Apa Saja, Oke
Hikayat Kaisar Lie ini kemudian berkembang sedemikia rupa
hingga sekarang. Bahwa bagi fnereka yang kebetulan dilahirkan
sebgai orang Cina dan memeluk agama Budha atau Kong Hu Cu,
demikian anda meninggal, anda tidak perlu takut kelaparan,
kedinginan atau penasaran karena mobil Volvo anda tidak bisa
dibawa serta.
Karena selain uang jutaan dan surat pengampunan, yang meninggal
dilengkapi pula dengan berbagai perlengkapan sama ketika dia
masih hidup. Mulai dari perlengkapan primer seperti makanan
kesukaan si mati, meja, kursi, tempat tidur, ada pula
perlengkapan lain yang luks. Kalau si mati tergila-gila akan
mobil Mercy, diapun akan dibekali oleh Mercy. Kalau perlu nanti
"di sana" melancong, disediakan pula kapal layar dan kapal
terbang. Bahkan ada pula sebuah Honda, eh, barangkali saja untuk
cari angin sore-sore hari. Pokoknya komplit. Semuanya terbuat
dari lembaran-lembaran bambu yang diraut dan kertas warna-warni
yang saling direkatkan.
"Wah, di Jakarta aja ada kira-kira dua puluhan tempat yang bikun
kocoa begini," kata Hadiwijaya, 42 tahun, yang dulu namanya Oei
Cin Hok. Letak "pabrik"nya ada di gang Burung, Jakarta Barat.
Oei dibantu oleh tiga orang "ahli tekniknya", dan apa saja yang
dipesan, dia selalu bilang oke. Asal harga sesuai.
Satu set perlengkapan sederhana, bisa mengorek uang Rp 30.000.
Harga ini cuma bisa dilengkapi dengan sebuah rumah-rumahan
dengan perabotan dasar seperti meja, kursi, tempat tidur
berikut, guling dan bantalnya. Satu koper kertas yang isinya ada
4 pesalin pakaian, komplit, sepasang sepatu, saputangan, sikat
gigi, pasta atau odolnya, jam tangan, 10 lembar uang kertas
sorga sejumlah 50 juta.
Uang ini maksudnya untuk memulai usaha lagi di sana dan dagang
lagi. Ada sepasang pembantu laki-perempuan yang disebut
tonglamile. Artinya sepasang pelayan setia yang mengerjakan
urusan tetek bengek rumah tangga. Kalau yang meninggal itu
seorang wanita, Oei tidak lupa menyertakan pula perhiasan
seperti gelang, kalung, cincin dan alat-alat kosmetik. Jangan
lupa, semuanya ini terbuat dari kertas, yang mutunya lumayan
bagusnya, sehingga menyerlpai benda yang asli.
"Kalau mau lengkap lagi bisa. Paling harganya cuma Rp 100.000,"
ujar Kurniawan Sucianto yang dulunya bernama Tjan Kui Hong.
Umurnya sudah setengah abad idan dia tinggal di gang Songsi,
Jembatarl Lima, Jakarta. Yang dimaksud lengkap oleh Tjan ini
ialah, kalau si mati mau dibekali pula alat-alat seperti kipas
angin (karena kabarnya di akherat panas), kaset (kalau dia
senang lagu lagu), televisi, mobil, kapl terbang? kapal laut
bahkan kereta-api segala.
Menurut Tjan, "insinyur" yang sudah berkecirnpung dalanl bisnis
beginian 30 tahun lamanya, banyak yang pesan mobil akhir-akhir
ini. "Yang paling disenangin yang tipe Mercy terakhir," kata
Tjan lagi. Kalau kapal terbang, biasanya dia buatkan yang tipe
Cessna yang bisa mengangkut sekitar 3 - 4 orang saja. Pesanan
paling lama 4 hari, sudah sip. Kalau mau yang bentuknya lebih
sedehana, tentu lebih cepat lagi.
"Cuman, sekarang, sulit laku karena saingan banyak." kata Akon,
yang juga tinggal di gang Burung, dekat rumah Oei "Kalau lagi
milik, ya paling laku tiga perangkat dalam seminggu." kata Akon
lagi. Selain saingan. nlaklumlah, orang mati tidak bisa diatur.
Dari semua barang-barang pekerjaan tangan yang terbuat dari
kertas itu, anehnya terbagi dalam dua bentuk yang berbeda. Lagi
mereka yang tergolong Tionghoa totok, tipe rumah pesanannya
masih dalam bentuk rumah asli Tiongkok, yang bisa kita lihat di
film-film Mandarin. Untuk Cina peranakan, yang tidak pernah
tahu negara leluhurnya, tipe rumah pesanannya mirip rumah rumah
yang sekarang inilah. Sering pula, dalam bentuk kata reben
besar, seperti lainnya bentuk-bentuk rumah kaum nouveau
riche - kaum kaya baru - di Jakarta dan beberapa kota lainnya
di Indonesia. "Pokoknya pesan apa aja, oke deh," kata Than
dengan semangat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini