Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Radar alam: hewan ?

Pemerintah cina mengeluarkan brosur berisi petunjuk untuk bersiaga menghadapi gempa. datangnya gempa dapat ditandai dengan adanya tingkah laku yang aneh dari binatang. (ilt)

7 April 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAPI, domba, keledai dan kuda enggan pulang kandang. Tikus-tikus memboyong sa.rannya, lantas ngungsi. Ular yang sedang tidur panjang di musim dingin, juga bangun lebih pagi dan keluar dari liangnya. Burung-burung merpati beterbangan terus, tanpa mampir ke sarangnya lagi. Sang kelinci, dengan cuping telinga yang mendongak terus, meloncat-loncat dan tabrakan tak karuan. Bahkan ikan-ikan pun pada ketakutan, dan berlompatan ke atas muka air. DENGAN 'indikator-indikator' itu, sebuah brosur setebal 6 halaman yang dikeluarkan Jawatan Seismologi Tientsin (1973) mengajak rakyat Tiongkok "memenangkan perang rakyat melawan gempa." Ditulis dalam bentuk puisi, pedoman itu mengundang partisipasi rakyat dalam penanggulangan bahaya gempa di Tiongkok 'gudang gempa' yang sudah ribuan tahun selalu membawa korban. Tapi betul kelakuan ganjil binatang itu dapat jadi petunjuk dalam gempa? Pertanyaan itu, sempat jadi topik konperensi ilmiah di Pusat Penelitian Gempa di Menlo Park, California (AS), akhir 1976. Begitu dilaporkan oleh buletin Berita Direktorat Geologi/Geosurvey sletter, September yang lalu. Menurut alasan ahli RRC, "organ-organ tertentu dalam tubuh hewan mungkin peka terhadap berbagai perubahan bawah-tanah menjelang gempa." Hal itu telah dibuktikan oleh sejarah, melalui pengamatan terhadap kelakuan binatang sebelum gempa-gempa dahsyat yang terakhir. Kemungkinan itu ada juga dikemukakan oleh sarjana-sarjana Amerika di Memo Park. Mungkin saja binatang tertentu dapat merasakan perubahan medan magnit bumi yang kecil sekali sebelum gempa. Atau kemungkinan lain: ada hinatang yang mampu mendengar getaran gempa. Berbeda dengan manusia yang batas pendengarannya hanya berkisar antara 0,03 KHz sampai 20 KH, daya tangkap kuping binatang jauh lebih tinggi. Sang Monyet Resah di California Misalnya, kelelawar menghasilkan getaran suara setinggi 150 KHz untuk 'mengemudi' pekerbangannya hampir 10 x tinggi frekuensi yang mampu didengar manusia. Selain itu, diduga bahwa binatang dapat 'erasakan' perubahan sifat batu-batuan yang mengalami ketegangan menjelang gempa. Tapi apa sifat batu-batuan itu, belum jelas. Pokoknya, menurut pengamatan para sarjana di Arnerika, beberapa ekor kera chimpanzee di Pusat Penelitian Kera-Manusia (Primate) di Stanford University, California, ternyata sangat resah ebelum gempa ringan menggelitik daerah itu. Sayangnya, kejadian itu tak direncana sebelumnya. Sehingga tak jelas perubahan bawah-tanah apa yang dirasakan sang kera itu. Di Tiongkok sendiri, menurut seorang ahli RRC, T'ang Min, baru sejak 1970 Partai Komunis Tiongkok mulai mempopulerkan teknik meramal gempa secara sederhana dengan mengamati kelakuan binatang serta perubahan warna dan tingginya muka air sumur. Kampanye itu digerakkan oleh almarhum Chou En-lai Tak berarti, 'ilmu' itu sebelumnya tak diketahui rakyat Tiongkok. Cuma saja, karena 'ilmu' itu belum tersusun rapi seperti ilmu tusuk jarum (akupunktur) penganutnya mungkin masih sedikit sebelum Chou En-lai memulai kampanyenya. Dua jan sebelum gempa bumi yang dahsyat melanda Pohai, 18 Juli 1969 seorang penjaga macan di kebun binatang Tientsin menyaksikan kelakuan aneh macan-macannya. Dia segera melapor pada seismolog-seismolog setempat, bahwa "gempa bumi yang dahsyat mungkin akan melanda daeah ini." Betul juga, gempa Pohai itu berkekuatan 7,4 pada skala Richter - kurang lebih sekuat gempa yang melanda pegunungan Jayawijaya di Irian, tahun lalu. RRC Kecolongan Juga Kejadian lain di propinsi Szechuan, September 1972. Satu regu pengamat gempa melaporkan gempa yang menjelang setelah menyaksikan "ayam-ayam pada panik, babi menolak pulang kandang, kuda dan domba lari kian-kemari seperti kesurupan . . . " Berikutnya propinsi LiaI)ning, Desember 1974. Ketika sumur-sumur di 4 komune rakyat mulai berlumpur dan mendidih (padahal itu musim dingin!), tikus-tikus keluar dari lubangnya, sementara ular yang sedang tidur panjang (hibernaJing) terjaga dan menggeliat ke atas es. Tak lama kemudian gempa sekuat 4,8 (ringan) menggelitik muka bumi 70 Km dari Haicheng. Tapi entah apa sebabnya, penguasa di tempat itu merasa gempa Desember 1974 itu belumlah biangnya. Rakyat tetap diperintahkan berjagajaga, saunbil menjalankan latihan mencegah huru-hara waktu gempa. Dan betu juga, gempa yang jauh lebih dahsyat (7,3 skala Richter) menimpa kota Haicheng sendiri tnggal 4 Pebruari 1975. Ketika delegasi RRC menceritakan hal itu di konperensi Unesco tentang gempa di Paris, Maret 1976, para sarjana botak maupun gondrong dari negerinegeri maju terbengong-bengong. Namun ketika RR(' kccolongan' oleh gempa 'prematur' di Tangshan, beberapa bulan setelah konperensi gempa di Paris itu, giliran para sarjana Tiongkok untuk saling tuding-tudingan. Ternyata, kelakuan binatang saja tak dapat dijadikan indikator gempa, yang suka menyerang tiba-tiba, beberapa detik saja lantas bai-bai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus