Persiapan hut tempo

SEBUAH kalender, sebagai kenangan di awal tahun, itu suatu hal yang biasa. Kami pun, kali ini, membuat hal serupa. Dan, kami membuat kalender meja yang mungil itu dengan persiapan yang matang. Gagasan itu lahir dari panitia HUT TEMPO ke-15 untuk membuat kenang-kenangan yang bisa digunakan sepanjang 1986. Pilihan jatuh pada kalender dan tim desain kami ditugasi merancangnya. Adalah Indra Kusuma, anggota tim itu--lulusan Jurusan Desain Grafis Fakultas Seni Rupa ITB - yang kemudian secara penuh membuat desain kalender meja tersebut. Bergabung dengan TEMPO pada tahun 1983, Indra menyelesaikan desain itu November lalu. Setelah desain disetujui, barulah dipilih gambar yang perlu ditampilkan. Pilihan jatuh pada 12 gambar kulit muka yang pernah dimuat TEMPO. Dasar pemilihan antara lain: teknis pengerjaannya bagus, peristiwa yang digambarkan cukup awet dan mewakili citra gambar kulit muka TEMPO, sebagai "perlambangan". Tim yang menetapkan pilihan dari puluhan gambar yang tersedia antara lain Kepala Produksi Tata Muka S. Prinka, Jim Supangkat, Goenawan Mohamad, dan Fikri Jufri. Gambar kerja untuk kalender ini kemudian dibuat oleh Y. Joko Sulistyo - lulusan STSRI-ASRI yang sekarang bernaung di bawah Institut Seni Indonesia, tahun 1984. Bila Anda memperhatikannya, gambar kulit muka tersebut tidak bisa dipisahkan dari pemberi ide gambar dan penggambar. Ide gambar berupa skets dibuat sesudah ditetapkan Laporan Utama untuk tiap nomor. Setelah disetujui Pemimpin Redaksi, kulit muka baru dibuat berdasarkan skets tadi. Khusus untuk gambar kulit muka yang kami tampilkan dalam kalender kali ini, ide gambar sebagian besar datang dari S. Prinka. Penggambar yang karyanya banyak ditampilkan di sini adalah Oentarto H. Pertama kali kami memperkenalkannya berupa kulit muka untuk Laporan Utama Komputer 30 Juli 1983. Sejak itu, Oentarto, kini mahasiswa tingkat IV Institut Kesenian Jakarta Jurusan Seni Rupa Studio Komunikasi Grafis itu, sampai sekarang telah membuat 34 kulit muka yang dimuat. Masih ada beberapa yang disimpan karena Laporan Utama yang direncanakan--dan kulit muka telah dibuatnya - batal atau diganti dengan yang lain. Oentarto, yang juga belajar teknis cat sembur (airbrush) dari buku-buku luar negeri, terutama Jepang, biasanya membutuhkan 15 jam - tanpa tidur - untuk menyelesaikan pesanan TEMPO. "Maunya membuat yang bagus sekali," katanya, "tapi karena waktunya terlalu singkat, agak terhambatlah keinginan itu." Kecuali Oentarto, yang kebetulan karyanya banyak tampil di dalam kalender tersebut, kami juga mempunyai penggambar kulit muka yang lain, misalnya Dede Eri Supria dan Cahyono Abdi. Tentu saja kami tidak mungkin menyuguhkannya di atas halaman kalender yang cuma 12 halaman itu. Untuk pertama kali, sebuah tim kini tengah mempersiapkan sebuah pameran grafis di Jakarta pertengahan Maret nanti. Yang akan dipamerkan antara lain karya kulit muka yang pernah dimuat TEMPO selama 15 tahun ini dan gambar-gambar kulit muka yang batal dimuat karena Laporan Utama diganti. Anda bukan cuma bisa menyaksikan gambar yang sudah dicetak pada muka atau di kalender itu. Beberapa gambar asli yang masih kami simpan bisa Anda saksikan.