Setelah membaca tulisan "Rokok Menguntungkan Banyak Sektor" (TEMPO, 29 Desember 1990, Kontak Pembaca), saya ingin bertanya: kenapa hanya rokok yang dibela? Bukankah ganja atau candu menguntungkan? Sekarang ini, konsumen industri rokok terdiri dari berjuta-juta manusia, yang sebagian besar mereka itu berasal dari golongan berpendapatan rendah. Pendapatan yang rendah itu kemudian harus dikurangi pula untuk membeli rokok, tentu akibatnya tak mampu menghidupi anak dan istrinya secara baik. Keluarga-keluarga yang kurang sempurna perawatannya itu terpaksa menghirup racun yang dikeluarkan asap rokok. Berproduksi itu memang baik. Tapi, hasilkanlah barang yang tidak merugikan kesehatan. Kalau kita mampu memproduksi barang lainnya itu, tanam tembakau hanyak-banyak, buat rokok sebanyak mungkin, dan juallah ke luar negeri. Jangan dijual di sini. Kalau masih ingin melayani pecandu-pecandu rokok dalam negeri, baiklah, tapi pasanglah cukai tinggi. Pemerintah tak kehilangan pendapatan dan rakyat kecil tak kuat membeli rokok. Selanjutnya, untuk menjamin hak-hak bukan perokok pada udara yang bersih, hendaknya dibuat peraturan yang ditulis di bungkus rokok: "Jangan diisap dekat orang yang tak perokok, terutama jangan dekat anak-anak". Sebaliknya, rokok luar negeri hendaknya dilarang, atau diberi cukai lebih besar lagi. Meskipun kerugian yang saya sebut itu hanya mencakup satu sektor, ia meliputi berjuta-juta manusia lemah yang perlu perlindungan. DR. SOEDARSONO Jalan Salemba Tengah III/14 Jakarta Pusat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini